KETINDIHAN ( 2/10 )

"Ketindihan" merupakan sebuah film horor Indonesia yang sangat buruk!!!

"Ketindihan" adalah sebuah film horor Indonesia karya Dyan Sunu Prastowo. Film ini sendiri menceritakan tentang sesosok Jin, Beuno, sosok jin yang akan datang & meneror para korbannya saat mereka tidur & iman mereka lemah.

Secara keseluruhan film ini tuh yang bisa dibanggain cuman paras cantik dari Haico Van Der Veken (Tania) aja selebihnya kurang semua.

Sinematografi pada film ini kurang banget, sebab visual pada film ini tuh gelap banget & pengambilan gambar pada film ini juga bikin pusing.

Scoring musik pada film ini juga dibuat terlalu berlebihan alias murahan dengan tujuan agar penonton pada kaget padahal mah tidak.

Dari segi cerita pun juga eksekusi nya sangat berantakan, karena jalan cerita film ini tuh gak fokus pengen dibuat & dibawa ke arah mana dan juga terkadang permasalahan / konfilk yang dialami oleh karakter di film ini seperti dilupakan & dibuat begitu saja.

Teror dari Jin Beuno pun sama sekali tidak menyeramkan & penampilannya pun bikin ngakak.

Secara keseluruhan, "Ketindihan" merupakan sebuah film yang sangat cocok menjadi salah satu kandidat film Indonesia terburuk di tahun 2025 ini!!!

SOROP ( 4/10 )

"Sorop" merupakan salah satu film Indonesia terburuk di tahun 2024 ini!!!

"Sorop" adalah film horor yang bikin gua ngedumel mulu di sepanjang film. Sumpah gua muak banget bjir ketika nama Sinom disebut, entah berapa kali si Sinom ini disebut di sepanjang film.

Sinematografi film ini udah lumayan oke sih, karena visualnya gak terlalu gelap & berhasil membuat suasana yang mencekam.

Scoring musik film ini dibuat terlalu berlebihan alias berisik banget.

Dari segi cerita, "Sorop" mempunyai sebuah premis cerita yang sangat umum untuk dijumpai di film-film horor Indonesia. Eksekusi cerita nya pun menurut gua terlalu bertele-tele banget bjir, terutama saat klimaksnya.

Jumpscare film ini juga terlalu repetitif, sehingga bukannya memberikan atmosfer yang mencekam malah bikin boring & ngakak. Sumpah ketika scene yang dimana villain / hantu nya itu muncul gua gak takut sama sekali bjir, karena villain / hantu di film ini tuh penampilannya bikin gua istighfar & ngakak.

CGI pada film ini pun juga bikin gua ngelus dada bjir, karena CGI di film ini tuh kasar banget & mirip CGI di Indosiar.

Untuk performa akting dari Hana Malasan (Hanif) & Yasamin Jasem (Isti) menurut gua udah cukup baik. Chemistry mereka berdua yang berperan sebagai kaka-beradik dapet banget.

Secara keseluruhan, "Sorop" adalah sebuah film horor Indonesia yang bisa dibilang sangat buruk.

MUFASA THE LION KING ( 8/10 )

"Mufasa The Lion King" merupakan sebuah film animasi yang menghibur sekaligus penuh emosional!!!

"Mufasa The Lion King" adalah prekuel dari salah satu film animasi legendaris "The Lion King" (2019). Disutradarai oleh Barry Jenk, film ini menceritakan tentang kehidupan Mufasa (Aaron Pierre) yang tumbuh sebagai anak yatim setelah kehilangan keluarganya karena bencana banjir. Ia kemudian bertemu dengan Taka (Kelvin Harrison Jr.), yang kemudian dikenal sebagai Scar, dan hubungan mereka penuh dinamika, ambisi, dan persaingan. Film ini sendiri menggali lebih dalam tentang hubungan persaudaraan, pengkhianatan, dan perjuangan Mufasa dalam menemukan jati dirinya.

Sinematografi pada film ini pun sudah sangat baik. Animasi fotorealistik dalam film ini sangat memukau, dengan pemandangan savana yang detail dan indah.

Sentuhan elemen musikal pada film ini membuat film ini menjadi semakin hidup dan menghibur.

Dari segi cerita, "Mufasa The Lion King" pun cukup oke. Pendalaman cerita pada film ini sangat menarik, terutama pada dinamika keluarga. Jalan cerita film ini pun sebenarnya lumayan menghibur ya, akan tetapi ada beberapa adegan di film ini yang terasa boring / membosankan.

Secara keseluruhan, "Mufasa The Lion King" adalah sebuah film animasi yang cukup menghibur, kompleks, & menyentuh.

EMILIA PEREZ ( 8/10 )

"Emilia Perez" merupakan sebuah film kombinasi musikal, komedi, thriller, & drama kriminal yang unik!!!

"Emilia Perez", film garapan Jacques Audiard, mengisahkan tentang kehidupan Juan Manitas Del Monte (Karla Sofía Gascón), seorang bos kartel narkoba Meksiko yang memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi perempuan dengan identitas baru, Emilia Pérez. Dalam prosesnya, ia dibantu oleh pengacara Rita Mora Castro (Zoe Saldaña), yang membantu memalsukan kematiannya agar bisa memulai hidup baru, sambil tetap terhubung dengan tema identitas, keluarga, dan kebebasan.

Dari segi sinematografi, "Emilia Perez" berhasil menampilkan visual yang indah dengan penggunaan warna-warna cerah dan gaya artistik yang berani.

Elemen musikal menjadi daya tarik utama yang ditawarkan oleh film ini. Lagu-lagu yang digunakan oleh film ini tidak hanya menjadi hiasan saja, tetapi menyatu dengan jalan cerita film ini, menggambarkan konflik & emosi dari para karakter.

Meskipun demikian, "Emilia Perez" memiliki sebuah kekurangan yang sangat amat disayangkan. "Emilia Perez" menurut gua cukup membosankan, karena alur ceritanya yang slowburn & terlalu fokus pada elemen visual serta musikalnya saja, membuatnya terasa kurang dinamis. Isu-isu sosial yang diangkat oleh film ini pun juga kurang dieksplorasi lebih mendalam & hanya dibahas secara singkat & umum saja.

Secara keseluruhan, "Emilia Perez" adalah sebuah film yang terbilang cukup oke dalam menggabungkan elemen musikal, sinematografi yang kreatif, & tema / isu sosial yang kontroversial, meskipun film ini gagal dalam mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

RACUN SANGGA SANTET PEMISAH RUMAH TANGGA ( 8,5/10 )

"Racun Sangga" merupakan sebuah film horor psikologis Indonesia yang fresh!!!

Sebagai keturunan dari Kalimantan Selatan, jujur ulun (gua) cukup suka dengan film ini!!!

"Racun Sangga" mengisahkan tentang hubungan pasutri bernama Maya (Frederika Cull) & Andi (Fahad Haydra) yang terkena sebuah santet mematikan. Hal tersebut dimulai dengan kejadian-kejadian aneh yang menimpa Andi & Maya. Kemudian Andi pun mulai sakit-sakitan, bermimpi buruk, berhalusinasi, batuk berdarah hingga tidak mampu lagi berdiri apalagi untuk berjalan. Maya yang dalam keadaan hamil pun harus merawat Andi. Mereka melakukan banyak pengobatan medis hingga alternatif untuk bisa menyembuhkan Andi. Namun, kondisi Andi semakin hari semakin memburuk.

Sinematografi pada film ini menurut gua cukup mewah, indah, & unik, karena latar tempat film ini kan di daerah Kalimantan Selatan, nah bagi gua film ini sudah berhasil dalam menunjukkan pesona keindahan Kalimantan Selatan. Lalu penggunaan sudut pandang melalui CCTV juga membuat film ini terkesan cukup unik, dan hal tersebut mengingatkan gua pada film Paranormal Activity.

Scoring musik yang digunakan pada film ini berhasil dalam membangun suasana yang menegangkan.

Dari segi cerita, film ini memiliki sebuah premis cerita yang menarik, dan cara film ini mengeksekusi hal tersebut juga sudah cukup baik. Film ini memang tipikal film yang slowburn & minim jumpscare, akan tetapi gua suka dengan cara film ini menunjukkan & menjelaskan betapa buruknya dampak yang bisa dirasakan oleh psikis seseorang ketika terkena sebuah santet. Gua juga suka dengan cara film ini ketika menjelaskan & mengeksplorasi mengenai santet racun sangga nya itu sendiri karena penjelasannya itu sangat detail & mudah untuk dipahami.

Oh iya, satu hal lagi yang gue notice dari film ini adalah opening nya. Menurut gue, opening nya tuh cukup keren dan mengingatkan pada opening film The Conjuring.

Nah menurut gua, kekurangan film ini ada pada performa akting dari para cast nya, terutama Frederika Cull (Maya) & Fahad Haydra (Andi). Menurut gua akting mereka tuh terasa kaku & dialog bahasa Banjar nya juga kaku, tidak konsisten, & kurang natural. Tapi gua suka dengan perfoma akting dari para cast pendukungnya. Akting mereka terasa natural & dialog bahasa Banjar nya juga tidak kaku. Dan satu lagi kekurangan film ini menurut gue adalah durasinya. Ada beberapa bagian pada film ini yang terasa membosankan.

Secara keseluruhan, "Racun Sangga" adalah film horor Indonesia yang terasa fresh. Film ini menawarkan hal yang berbeda dengan pendekatan horor psikologis, ditambah juga dengan penggunaan kebudayaan Kalimantan Selatan yang membuatnya semakin unik.

KRAVEN THE HUNTER ( 9/10 )

"Kraven The Hunter" berhasil membawa angin segar bagi waralaba SSU (Sony's Spider-Man Universe) melalui cerita kelam & aksi brutalnya!!!

Sebelum gua menonton film ini, jujur gua gak berekspektasi tinggi terhadap film ini, akan tetapi setelah gua selesai menonton film nya ternyata film ini berhasil melampaui ekspektasi gua alias film ini memiliki kualitas yang lumayan bagus!!!

"Kraven The Hunter" menceritakan tentang kisah asal-usul Sergei Kravinoff (Aaron Taylor-Johnson). Film ini mengisahkan bagaimana hubungan antara seorang anak, Sergei Kravinoff, dengan ayahnya, Nikolai (Russell Crowe), yang penuh dengan kekerasan, yang membuat Sergei bertekad untuk membalas dendam. Perjalanan tersebut mengubahnya menjadi seorang pemburu yang sangat amat ditakuti.

Sinematografi pada film ini berhasil membangun suasana yang kelam dan menegangkan. Latar tempat yang dipilih oleh film ini seperti hutan liar dan kota yang suram juga berhasil mencerminkan sisi brutal dan liar dari Sergei Kravinoff (Kraven).

Scoring musik yang digunakan oleh film ini juga berhasil dalam menciptakan suasana mencekam & kelam.

"Kraven The Hunter" juga menonjolkan koreografi aksi yang lebih epik, intens, dan brutal, yang menjadikannya sebagai film yang paling berbeda dibandingkan film-film dari waralaba SSU (Sony's Spider-Man Universe) lainnya.

Hal lain dari film ini yang juga gua suka adalah pengembangan karakter dari si Sergei Kravinoff (Kraven) pada film ini yang dibuat dengan sangat baik & kuat. Penjelasan mengenai kehidupan dari si Sergei Kravinoff (Kraven) beserta keluarganya pun dijelaskan secara detail. Proses / tahapan ketika si Sergei Kravinoff (Kraven) ini mendapatkan Kekuatannya juga dijelaskan secara jelas & gak bikin pusing. Selain pengembangan karakter, gua juga cukup suka dengan cara film ini mengeksekusi konfliknya, sebenernya konflik dari film ini tuh sederhana tapi dibuat dengan sangat menghibur.

Aaron Taylor-Johnson (Sergei Kravinoff / Kraven) berhasil memberikan penampilan akting yang sangat kuat, brutal, & memukau sebagai karakter Kraven.

Meskipun demikian, "Kraven The Hunter" tidak sepenuhnya sempurna alias juga memiliki sebuah kekurangan, dimana ada bagian dari film ini yang cukup membosankan / boring, yaitu pada bagian pertengahan film. Lalu yang berikutnya adalah screentime dari si villain utama pada film ini, Aleksei Sytsevich (Rhino) saat ia bertarung dengan si Sergei Kravinoff (Kraven) ini tuh cuman sebentar aja, yang membuat villain utama pada film ini tuh kurang memuaskan bagi gua.

Secara keseluruhan, "Kraven The Hunter" masih bisa dibilang cukup berhasil membawa angin segar untuk waralaba SSU (Sony's Spider-Man Universe) berkat cerita kelam & aksi brutalnya yang dikemas dengan sangat baik, epik, & memuaskan.