Panggil Aku Ayah punya potensi yang sangat besar untuk jadi film keluarga yang bisa jadi alternatif tontonan dengan komposisi drama dan konedi yang seimbang sekaligus menguras air mata.

Ada bagian yang bikin gue nyes pas nonton.
Chemistry para pemainnya adalah kekuatan film ini

Myesha Lin sebagai Pacil jelas steal all of performance, sekaligus kudos untuk Ringgo Agus yang bisa memerankan sosok Ayah pengganti yang sangat dekat dengan realita.

Meski ini adalah adaptasi film Korea, tapi penulisnya mampu mengubah menjadi skrip yg cukup solid.

Meski di bagian depan agak sedikit slow, bahkan penonton emang gak dikasih clue apapun apa yang sebenernya akan terjadi sepanjang film

Weapons kemudian terus membuat kita penasaran dan kemudian dengan jumpscare yg efektif menjadikan salah satu film favorit tahun ini

Tanpa banyak tau apapun tentang filmnya, gue merasa sangat menikmati bagian-bagian film ini sejak misteri terkuak satu2. Dengan eksekusi per karakter yang membuat Weapons benar2 ada di semua sudut yg pengen kita tahu.

Penampilan para cast-nya juga sungguh menyakinkan

Satistying ending dengan level yang maksimal menurut gue. Apalagi dalam scoop ranah horror yang cukup kental.

Filmnya sendiri gak banyak dialog tapi lebih me motion yg bikin kita ikutan deg2an.

The less you know, the more enjoy while you watched.

Magnus adalah anak introvert yg kerap menyembunyikan perasaannya, sementara Jovanka adalah anak yg bermasalah dengan Ayahnya namun berani speak up demi hidupnya.

Dipertemukan dalam kondisi yang tak ideal membuat mereka mengerti satu sama lain, Bertaut Rindu adalah film drama remaja dengan kemasan yg lebih dewasa.

Penampilan Adhisty Zarra dan Ari Irham memang masih cocok memerankan anak SMA, dengan karakter driven yg cukup kuat bikin filmnya mengalir dari awal sampai akhir.

Tentang gimana menyembuhkan luka hingga bertahan dari hidup yang sulit dari perspektif anak muda.

Salah satu film tergoblo tahun ini yang bikin ngakak banget dari awal sampai akhir. When you got the jokes, The Naked Gun ini beneran bisa bikin yang nonton ga brenti ketawa.

Bikin jokes di era yang serba sensitif itu emang susah, untungnya The Naked Gun ini beneran ati2 ngatur jokes2 yang nyerempet tapi ga jadi bahan sensitifan warga.

Kayak lagi nonton film Warkop DKI jadil tapi tanpa overseksual jokes.

Liam Neeson sama Pamela Anderson oke banget

Secara eksekusi, A Normal Woman mungkin masih ada beberapa kekurangan yang bikin filmnya terasa ada di tengah2 antara bagus juga engga, jelek juga engga.

Kemasan highend yang bikin film ini terasa ngawang dan ga napak mungkin jadi salah satunya.

Meskipun sebenernya pesan yang mau diangkat sangat penting di masa sekarang. Gimana manusia itu seharusnya jadi diri sendiri.

Agak sedikit black mirror-esque, tapi dari perspektif ketimuran yang kental tentang wanita, mental health dan citra keluarga di depan publik

Penampilan cast-castnya sendiri gue sih gak masalah, semuanya bermain apik bahkan untuk karakter minornya.

But shout out to Mima Shafa yang bisa lebih menonjol dari yang lain.

Production design filmnya juga top notch, suka gimana orang kaya tuh ya rumahnya emang begitu

Ajil Ditto di Believe: The Ultimate Battle ini mengesankan, range akting yang makin lebar dengan tingkat emosional yang konstan bikin penampilan dia sebagai Agus ini layak ditonton.

Film yang fokusnya ke hubungan Ayah dan Anak dan keterlibatan mereka dalam sebuah misi

Filmnya sendiri punya desain produksi di atas rata-rata. Rahabi Mandra sekali lagi bisa membuktikan bahwa eksekusi untuk film bertema perang macem gini tuh emang harus detail.

Dan dia berhasil membawa peningkatan di film ini dari karya dia sebelumnya.

Wafda juga yg kayaknya langganan jadi prajurit bermain oke.

Desingan peluru hingga pertaruhan hidup mati plus koreografi senjata yg ciamik bikin Believe: The Ultimate Battle ini salah satu film tahun ini yang punya sisi teknis mumpuni dan layak ditonton.