Sonic The Hedgehog 3 ini ga berusaha untuk pretensius dalam bercerita atau mengembangkan universalnya. Mereka hanya ingin bermain dengan elemen yang sudah ada which is a very fun to watch dan malah bikin experience menontonnya juga asyik.

Sepanjang nonton dikasih keseruan cerita dan petualangan Sonic, Knuckles dan Tails yang penuh semangat demi menyelamatkan dunia.

Masuknya Shadow ke film ketiganya menambah point penting yang bikin Sonic 3 ini masih layak tonton.

2 after cedit scene juga sekaligus mengkonfirmasi bahwa akan ada Sonic 4 ke depannya.

Bersiap!

Sebenernya gue paham apa yang pengen dikasih tau sama Ayah Pidi tentang gimana kondisi Indonesia pada umumnya di 80an dengan issue Petrus, asimilasi warga keturunan sampai ke issue Timor Timur.

Tapi kalau dalam perspektif anak SD ya jadinya ga sampe semua.

Dialog-dialog cringe yang hampir semuanya dipaksakan, cinta2an monyet yang (mohon maaf malah geuleuh) gitulah. Bikin film ini sebenernya ga ngasih apapun kecuali persahabatan Dilan dan teman2nya.

Mungkin kalau stick di cerita persahabatannya bisa lebih baik (?)

Udah naruh ekspektasi serendah mungkin, tapi tetep gagal memahami gimana Sorop ini bercerita.

Lemah banget sampe2 banyak plot hole di sana-sini.

Another horror berisik dan banyak2an jumpscare yang sebenernya gak perlu.

Tahan2 aja deh secara cerita lain udah akan ada lagi.

Yang mungkin masih oke di Sorop adalah... Om Khair yang menyerupai Pindoro di Kala.

Well Kala yg bikin MD jadi gapapa kali disadur dikit. 🙏

Ending-nya dibuat gitu biar ada sekuelnya kali ya?

Lemahnya paruh pertama ditutupi sama solidnya paruh kedua Modal Nekad.

Trio Gading-Tarra-Fatih somehow works di setengah film terakhir. Awalnya gue gak berfikir bakal jadi film heist yang ya lumayan oke.

Cringe-nya dialog dan gesture mereka paling gak ketutup.

Ya kita gak mungkin lupa ya gimana Imam Darto nulis "Selesai" yang cukup kontroversial waktu itu.

Tapi perlahan, dia sedikit memeprbaiki di Modal Nekad ini.

Banyak cameo gede yang cuma lewat cukup bikin kaget aja.

Tontonan ringan yg brainless.

Perpaduan musikal dan visual yang bersatu dengan baik, secara cerita Mufasa: The Lion King ini lebih oke dengan plot yang mengalir enak.

Kalau lo into The Lion King, maka prekuel ini bakal ngasih cerita yang belum terungkap tentang masa kecil sampai Mufasa jadi Raja.

Prekuel yang seru dengan visual yang megah!

Menempatkan kembali Lin-Manuel Miranda dengan komposisi musik yang mengalun apik sepanjang film adalah nilai tambah tersendiri. Meskipun memang tidak ada lagu yang ikonik tapi tetap ada beberapa lagu yang asyik didengar.

Dari prekuel ini gue jadi paham mengapa karakter2 ini terbentuk di film pertamanya.

Red One ini sebenernya fun, tapi emang di bagian tengah rada draggy dan di klimaksnya juga kayak gampang bener eksekusinya.

Overall, ini sebagai film Natal ya seru-seru aja. Apalagi cast2nya A-list.

Jadi ya sebenernya ini cerita klasik Natal, tentang Santa yang ujug2 ilang dan teamnya berusaha nyari dengan bantuan manusia.

Sesimple itu aja.