Wolf Man menurut gue ini pake formula film horror klasik yang somehow berhasil bikin deg2an, perasaan gak enak tapi penasaran gimana endingnya.

Dari Monster Cinematic Universe, ini adalah film ketiganya dan semoga akan tetap berlanjut.

Not great but still good.

Transformasi perubahan manusia ke monster serigala hingga penuturan yang runut bikin Wolf Man ini proper secara ide dan eksekusi.

Meski tanpa cast yg beneran gede tapi berhasil bikin kita/gue menyaksikan tanpa rasa bosan.

Gore, horror, thrilling. Semuanya lengkap.

Skrip yang jauh dari rapih dengan plot yang gak mulus, bikin Elang gagal ngasih cerita heroik yang sebenernya bisa jauh lebih ngena. Entah terlalu terburu2 atau emang banyak hal yang sengaja kepotong jadi kayak banyak missing pieces di film ini.

Padahal punya potensi.

Cerita tentang sisi gelap dunia sepakbola Indonesia yang kerutat dengan mafia, judi bola dan bandar yang terkoneksi dengan penguasa yang gak tersentuh membuat film ini sangat terasa gampang diolah karena ya harusnya sourcenya banyak 🤭.

Ganindra juga gatau kenapa, dia mungkin gak cocok meranin cowok soft spoken yang baik2 dan tersiksa. He better be the villain in the movie, tbh.

Tapi Lukman Sardi di film ini, emotion rangenya cakep.

Pertama, gimana cerita yang super sederhana ini bisa dikemas dengan baik. Background Solo dan kebudayaan di dalamnya bikin film ini emang tepat guna dengan menggunakan dialek Jawa halus di beberapa scene.

Hal yang membuat film ini kuat secara tema.

Emosi para pemainnya yang sesuai dengan karakter yang mereka bawakan. Kayak Gilga sebagai Jeru yang lebih soft spoken tapi punya keteguhan hati. Lalu ada Evan Loss sebagai Rick yang tau gimana menempatkan emosi yg meledak2.

Perpaduan mereka sebagai konco kentel ini pas.

Kemudian Eric Strada dan Yusril Fahriza yang melengkapi lewat celetukan yang gak overuse.

Kombinasi semuanya dilengkapi dengan musik campursari, keroncong dibalut koplo yang asyik buat menggoyangkan kepala.

Track Mendem Tresno milik Evan dan Anggie adalah track favorit gue

Ambyar Makbyar adalah tipikal film yang pas ditonton dengan crowd yang tepat dan tentu saja bukan cuma dikhususkan untuk fans Gilga & Happy, namun untuk fans lagu2 Jawa Koplo yang lagi hits akhir2 ini.

Film yg ngasih tau gimana pahit manisnya hidup, dibawa enjoy dan tentu sambil joged

Film horror yang diambil dari urban legend tentang kematian di hari sial yang menimpa kesialan-sialan lain kepada keluarga yang ditinggalkan.

Almarhum mengambil kisah itu dengan jumpscare yang efektif dan cukup bikin kaget.

Cerita tentang seorang Ayah yg mendadak meninggal di Selasa Kliwon yg diyakini sebagai hari sial. Keluarga yg ditinggalkan sudah diwanti2 bakal ada kesialan yang menyertai.

Tentu, anak pertamanya yg seorang Dokter tak percaya hingga dia mengalami sendiri

Rentetan-rentetan terror setelah Ayahnya meninggal adalah inti dari film ini, dengan cerita linear yang cukup rapih dan terjaga konsistensinya dari awal sampai akhir, ditambah set tempat yg memang menambah kengerian tersendiri

Almarhum ini memang bukan sekedar film horror yg nakut2in, tapi ada sequence death yg memang sudah diingatkan sejak awal, yg bikin kita nungguin: kira2 karakter ini matinya karena apa ya? Dan apakah mereka bisa menantang atau menunda kematian itu? Menariknya sih di sini, intinya balik lagi: kematian gak bisa ditunda meski sedetikpun.

Overall, desain produksi Almarhum ini cakep. Plotnya, Twistnya oke dan thrilling dari awal sampai akhir.
Sebagai pembuka film horror (yg gue tonton) tahun ini, Almarhum layak ditonton.

Ada satu scene yang bikin gue merinding saking seremnya 😔✋. Clue: Klinik. 😣🫵

Mencoba untuk selalu support sineas lokal dalam membuat film animasi karena memang tidak mudah, ya meski ceritanya amburadul dan plot hole-nya ke mana-mana.

Zanna: Whisper of Volcano Isle ini gak cukup bikin gue tertarik dari sisi cerita.

Cerita tentang Putri sebuah kerajaan Peri yang kembali setelah menghilang --namun dengan emosi cerita yang kurang, kemudian dia harus berhadapan dengan penjahat yg ingin menghancurkan kerajaan --dengan alasan yg gak kuat.

Yang menurut gue agak aneh adalah bahwa film ini menggunakan template film animasi dengan lagu2 khas animasi namun gak tepat guna aja.

Ya sebelihnya, mungkin anak2 (khususnya anak cewek) akan terhibur karena gambarnya berwarna warni.

Berselang 8 tahun dari film pertamanya, Uang Panai 2 ini gagal melanjutkan suksesi film pertamanya yang bikin gue terhibur saat menontonnya di 2016 lalu.

Entah kenapa terlalu banyak humor yang dipaksakan untuk menjadi lucu malah jatohnya cringe.

Ceritanya masih berkisar tentang Pemuda yang terhimpit adat saat ingin menikahi Sang Pacar karena harus menyiapkan uang panai (Mahar).

Iccang yang hanya pegawai biasa melawan keluarga kaya yang anaknya sangat dia cintai, hingga uang Mahar menjadi penghalang.

Iccang dibantu oleh Tumming dan Abu untuk mendapatkan Uang Mahar dengan cara mereka sendiri.