Pengepungan di Bukit Duri
Gue sebenernya masih bingung mau menyampaikan apa yang udah gue tonton. Pengepungan di Bukit Duri ini memang one of a kind, bahkan salah satu film Bang Joko yang gue sukai karena dari sisi cerita, teknis hingga eksekusi bener-bener mateng. Kalau orang-orang biasanya komplain masalah 3rd act di film-film sebelumnya, menurut gue di film ini closurenya lebih oke.
Issue yang diangkat sangatlah sensitif, makanya gue bener-bener pelan-pelan gimana mengatur kalimat review ini. Gak mau membahas lebih detail tapi kita cukup tahu bahwa apa yang disampaikan bang Joko adalah apa yang sudah, sedang bahkan mungkin akan terjadi di Negara ini kalau kita tak pernah belajar dari sejarah kelam bangsa.
Yang ingin gue apresiasi adalah bagaimana sisi teknis Pengepungan di Bukit Duri ini bagus secara produksi. Ya dari setting, dari pengaturan kamera hingga editing semuanya emang pas. Ditambah dengan musik-musik yang menunjang tiap scene ini mengingatkan gue akan Janji Joni. Cadas tapi tetap masuk di telinga.
Kalau ada yg bilang film ini penting dan perlu, gue setuju. Bagaimana Pengepungan di Bukit Duri ini adalah sebuah penyampaian pesan yang dalam dan bermakna tentang issue rasialis, pendidikan sampai keluarga. Dibungkus dengan brutal (dan mungkin paling brutal) plus horror (padahal bukan film setan).
A highly paced and brutal thriller yang bikin susah nafas dan gelisah sepanjang menonton.
Anyway, Omara dan Morgan layak untuk masuk nominasi Piala Citra tahun ini. Gimana mereka mentranslasikan rasa sakit yang mereka pendam dalam ekspresi dan emosi tiap scene-nya itu berasa banget.
Pengepungan di Bukit Duri