Setelah 36 tahun akhirnya Beetlejuice dapat sekuel! Buat yang udah nonton film pertamanya udah pasti nostalgia, buat yang baru nonton tetep bisa ketawa dan enjoy dengan filmnya.

Beetlejuice kembali seperti tanpa beban dari film pertamanya, menampilkan cerita yang ringan, komedi yang solid, dan kreativitas untuk setiap hantunya. Dengan teknologi saat ini buat VFX Beetlejuice terasa puas banget, apalagi di ending filmnya.

Eksplorasi dunianya sangat menarik dan sentuhan musikal di film ini jadi momen spesial yang bikin penonton senyum-senyum sambil ketawa sendiri. Film ini bertabur bintang tapi sayangnya peran dari Monica Bellucci tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Motif yang kuat diakhir dengan begitu cepat.

Sebagai yang baru nonton film keduanya, ini lucu!

Film ini berhasil memberikan pengalaman menonton yang cukup mendebarkan. Atmosfer yang membuat kita kurang nyaman akan terus meningkat secara konsisten sepanjang durasinya. Psikologi penonton benar-benar dipermainkan.

Yang paling mengesankan, bagaimana film ini menggambarkan dinamika hubungan antara dua keluarga. Kadang-kadang, ketika humor kecil muncul dalam situasi yang tegang, hal tersebut justru membuat kita lebih waspada, seperti ada sesuatu yang lebih mengancam di balik interaksi yang terlihat sederhana.

Walau banyak pertanyaan yang tidak terjawab dan kadang buat jengkel, tapi Speak No Evil tetap menarik. Pecinta thriller psikologis wajib menonton film ini. Pengalaman menegangkan dan penuh kejutan yang sayang untuk dilewatkan bersama Daddy McAvoy!

Perkara tong sampah hilang, Maharaja jadi John Wick. Ini film beneran plot twist yang awalnya mikir akan pure komedi karena mencari tong sampah, tapi ternyata penonton dibuat meledak-ledak isi kepala.

Harus diakui penulisan film ini sangat rapih dan penonton dibuat enjoy dengan misterinya tanpa harus mikir terlalu berat. Nonton Maharaja berasa nonton film komedi tapi misterinya udah sekelas Shutter Island.

Beberapa adegan dan background karakter yang berlebihan malah jadi gelar tawa penonton. Kadang film gak masuk akal bisa buat penonton sebel, tapi kemasan Maharaja buat penonton jadi ketawa. Ini adalahnya definisi film cerdas, membalut misteri yang memiliki plot twist rumit dengan komedi ringan. Jangan remehkan film India!

Dunia yang kompleks dari game memang jadi tantangan tersendiri untuk diadaptasi menjadi film. Hal ini terasa di film ini yang berusaha keras dan kesulitan dalam menjelaskan dunia dan karakter yang ada. Alhasil penonton kehilangan fokus dan ini bisa terjadi diawal film.

Dari segi cerita kurang menarik, beberapa momen terasa lambat dan bertele-tele. Mungkin buat yang tidak main gamenya akan sedikit kebingungan. Dari karakter juga tidak ada yang berkesan. Komedi yang harusnya lucu tapi gagal dimanfaatkan dengan baik. Kevin Hart malah dapat peran yang lebih dominan serius dibanding komedi.

Untuk desain karakter cukup akurat, dunianya juga terlihat megah, actionnya luar biasa, dan CGI nya mulus. Setiap adegan aksi berhasil buat penonton kembali bangun dan menikmati visualnya yang bagus. Kerennya beberapa movement karakter mengingatkan penonton ke game nya.

Alien sudah berada ditangan yang tepat! Fede Alvarez berhasil memberikan kengerian film Alien yang seharusnya. Banyak hal baru dan fresh yang diberikan di film ini seperti Alien tidak akan menyerang jika suhu tubuh kita sama. Jadi hal seperti ini berhasil buat ketegangan untuk penontonnya.

Kapan lagi nonton film Alien bisa jump scare dan ketakutan, cuma di Romulus ini. Antisipasinya juga gak murahan dan keputusan-keputusan karakter terbilang masuk akal. Awalnya sempat mengira ini akan jadi film yang medioker karena premisnya sederhana dan karakternya diisi anak muda yang ceroboh. Tapi semua perkiraan terbantahkan karena semakin ke akhir semua elemen sangat berkembang, penonton bisa merasakan itu.

Plot yang semakin solid, karakter yang semakin memberikan emosi, teror Alien yang semakin gila, dan twist yang diberikan semakin mengejutkan di ending. Tidak menyangka Alvarez berhasil explore film ini begitu jauh dan mengesankan. Wajiblah pokoknya!

Punya cerita horor yang menarik, tidak perlu banyak pengenalan karakter karena para cast Jurnal Risa yang main jadi diri sendiri, sebuah pendekatan mokumenter yang juga menjadi pilihan tepat, namun tetap saja gagal dieksekusi dengan baik. Pace yang terlalu cepat membuat momen horor tidak terbangun dengan baik serta karakter yang tidak penting selain hanya nunjukin team Jurnal Risa ada di sana yang membuat film ini tidak bisa memberikan perasaan horor ke penonton. Harus jujur baru bisa menikmati film ini ketika adegan akhirnya saja, untuk jumpscare juga hanya mengandalkan suara besar bukan karena memang filmnya horor.