1. Gaya penceritaan yang unik dan baru di film indonesia dengam kombinasi adegan hitam putih dan berwarna yang ternyata ada tujuannya

2. Scene "galon aqua" cuman bisa bikin wow bisa kpikiran aj ngasih trivia2 disela2 adegan kyk gitu

1. Nonton tanpa ekspektasi apapun dan ternyata filmnya cukup menghibur juga walaupun tema cerita boneka terkutuk begini sudah cukup sering diangkat temanya oleh holywood. Bonekanya mirip sama ted jadi anggep aja ini simulasi kalo boneka ted ketempelan ama roh jahat.

2. Tanpa disangkan selain usnur horror ada juga unsur fantasi yang disajikan film ini yang cukup menarik dan juga disertai dengan plot twist di paruh akhir film yang bisa bikin "hah"

1. Cerita cukup banyak yang dibedakan/dipotong dari versi novelnya, bukan hal yang mengagetkan karena secara durasi memang hanya 90 menitan yang berarti ada beberapa detail yang harus di korbankan

2. Chemistry Gaspar dengan anggota timnya terasa kurang kuat dimana karakter2 di tim gaspar benar2 lebih seperti tempelan dan hanya muncul beberapa kali di momen yang ada di filmnya

3. Untuk sinematografi dan pengambilan gambar sangat baik untuk menggambarkan kondisi negara distopia di masa mendatang

3. Koleksi lagu2nya cukup eye catching, terutama lagu come, sweet death yang diputar di bagian diakhir yang bisa bikin bulu kuduk berdiri dan juga mendukung penonton agar bisa merasakan hal sama yang dialami oleh tokoh utamanya

1. Disarankan untuk menonton film part 1 (2021) terlebih dulu, dikarenakan cerita part 2 ini langsung dilanjutkan setelah ending dari part 1 nya.

2. Jika part 1 lebih berfokus pada pengenalan karakter dan pengenalan awal konflik, maka part 2 nya lebih berfokus pada realisasi konflik yang terjadi dan juga adu strategi dan peperangan fisik antara kubu atreides + fremen dan harkonnen + sardaukar

3. Untuk visual jangan ditanya karena udh komplit bgt mulai dari penggambaran padang pasir beserta badai pasir dan cacing besarnya (Shai Hulud), markas fremen dan juga visual hitam putih di colloseum kubu harkonnen

4. Semua pemain bermain dengan sangat baik dalam perannya masing2. Kredit khusus buat Austin Butler yang berhasil memerankan tokoh psikopat yang minim emosi dengan baik dan mengintimidasi baik melalui tindakan atau kata2nya

5. Untuk scoring hrusnya sudah oke karena di handle oleh composer langganan film2 box office (Hans Zimmer)

1. Cerita dibagi jadi 2 babak dengan tiap babak memiliki konfliknya masing2 yang dihubungkan dengan benang merah dalam bentuk beberapa kali plot twist

2. Ritual dukun dan aktivitas2 kepercayaan yang dilakukan cukup berhasil membangun suasana ngeri dan tidak nyaman sepanjang film, dimana terakhir kali korea selatan melakukanya di film The Wailing (2016). Untuk jumpscare masih kalah dibandingkan film2 horror lain yang mengandalkan penampakan tapi untuk visual hantu/siluman di film ini juga sudah ditampilkan cukup membuat bergidik dan kepikiran

3. Choi Min Sik bener2 nunjukin kualitasnya sebagai aktor veteran, Kim Go Eun dan Lee Do Hyun bener2 menjiwai peran mereka sebagai dukun muda dengan pengetahuan perdukunan yang dalam dan Yoo Hae Jin emang dipasang buat jadi penyeimbang melalui celetukan dan tindakannya yg kadang agak konyol sepanjang film. Sayangnya mungkin karena keterbatasan waktu latar belakang 4 karakter utama ini kurang digali secara lebih detil sehingga terkadang jadi bingung kenapa bisa begini dan bisa begitunya.