Dalam hal eksekusi, Sampai Titik Terakhirmu ini punya closure yang cukup baik dengan segala emosi dan tangisan yang mewarnai sepanjang film.

Cerita tentang pasangan yg saling jaga hingga akhir hayat berdasar cerita nyata dari sosok Sheila dan Albi.

Penampilan dan chemistry memikat dari Arbani dan Mawar memang cukup kuat, tapi gimana katakter lain bisa ngasih credit yang cukup baik hingga bisa dikatakan film ini punya ensemble cast yg oke.

Gak lupa trio julid yg emang ngasih jeda koemdi yg cukup baik.

Nyatuin horror, komedi dan drama yang seimbang nyatanya bisa bikin Pesugihan Sate Gagak ini pas resepnya.

Pas bagian horror, emang beneran seremnya. Pas bagian komedinya ya emang joke-jokenya on point. Sementara closure dramanya juga emosinya nyampe.

Trio Ardit, Beni dan Yono berhasil ngebawa film ini ke ranah hiburan yang maksimal.

Gue ngerasa sepanjang nonton Penjagal Iblis: Dosa Turunan itu kayak nonton film horror yang narasi dan eksekusinya dibawakan ala noir, mungkin kalau dibuat versi hitam putihnya vibenya akan lebih berasa.

Bisa dibilang bagus juga enggak, tapi gak jelek juga enggak.

Dengan building cerita yg sebenernya menarik, tapi eksekusinya masih terlalu hati2. Tommy Dewo ini juga ngasih kekhasan dia yg sebelumnnya dia udah lakuin di Segoro Pitu, yaitu bikin horror dengan jumpscare seminim mungkin.

Menarik tapi masih bisa diexplore.

Now You See Me 3 ini leveling up dari 2 film sebelumnya.

Gak cuma unjuk sulap tapi udah ke ranah yang lebih advance dan kekinian.
Cerita yang masih menarik dengan twist yg ga keduga bikin seneng nontonnya.

Ketambahan 3 karakter baru sebagai perwakila Gen Z, Now You See Me ini malah jadi semakin menarik dan berharap banget bakal lanjut di seri keempatnya, karena emang masih banyak yang bisa di-expand universenya.

Beberapa scene bikin tepuk tangan

Now You See Me ketiga ini fokusnya masih sama. Nguliti keburukan penguasa dengan segala ketamakannya. Tentu dengan cara yang gak biasa

Seru bener ngikutin perjalanan Four Horseman ini, jadi pengen rewatch film pertama dan keduanya juga.

Ngelarin Frankenstein 3 hari bukan karena filmnya ngebosenin tapi emg ini tipikal film yang lo harus bener-bener fokus untuk ngerti sama cerita yang mau disampaikan.

Del Toro berhasil bikin film ini terasa sangat personal dengan sentuhan emosi yang tepat di masing2 karakternya

Production value filmnya juga beneran oke banget ngasih detail yang sangat teliti.

Cerita sederhana tentang manusia yang punya kegilaan hingga kegilaan itu melampaui batas manusia normal.

Sebenarnya Solata ini punya potensi menjadi film yang menarik jika fokusnya tak terpecah antara perjuangan mendapatkan pendidikan yang layak dan drama percintaan.

Ketidak seimbangan bobot cerita ini menjadi problem utama filmnya. Sangat disayangkan

Dan kembali lagi pada setelan: menjual pemandangan daerah yang entah kenapa selalu dipakai biar filmnya terasa indah.

Ya meski memang jadinya indah sih eksekusinya.

Cerita tentang mendapatkan pendidikan yang layak di sebuah desa kecil di Toraja ini harusnya jadi fokus utama

Overall, lemah di back story ceritanya hingga eksekusi yang terkadang nanggung.

Solata mungkin gak sempurna, tapi sebagai film "daerah", mungkin saja berhasil mencapture kondisi nyata di sana.