Dengan segala hormat, Setan Botak di Jembatan Ancol menciderai apa yang udah kita harapkan dari semesta Si Manis Jembatan Ancol yang ikonik.

Berharap dapat cerita back story gimana asal muasal Ozzy jadi Setan Botak malah keder mau dibawa ke mana ceritanya.

A total waste

Dan sebagai sebuah judul yang udah gede2 tulisannya Setan Botak, eh malah screen time Ozzy Syahputranya dikit banget dan ga ada apaa2nya ketimbang cast yang lain.

Entah salah judul apa emang penulisnya males mikirin judul yang sebenernya.

Cara Bong Joon Ho ngasih treatment ke Mickey 17 ini asyik banget, gimana dia bisa ngasih isu-isu yang dekat dengan sekitar dalam perspektif yang berbeda hingga gimana menggabungkan sci-fi, kemanusiaan dan religi jadi satu dalam sebuah kemasan film yang sangat baik.

Cerita Scifi yang sederhana tentang desperatenya manusiaw pengen berubah dan berpindah ke tempat baru yang menurut mereka layak karena tempat lama udah ga menerima mereka, dari Bumi ke Planet lain. Konfliknya juga gak terlalu gede tapi diakselerasi dengan mantap.

Gak pernah kebayang sih, Pattinson jadi aktor yang paling diperhitungkan saat ini. Gimana dia bisa bikin multiple karakter dengan baik. Varian Mickey yang ditampilkan serasa easter eggs dari film2 dia: Kadang kayak Edward Cullen sampai Bruce Wayne.

Selain dia, Mark Ruffalo juga jadi salah satu karakter yang bikin kesel dari awal sampai kahir. Ini yang bikin Mickey 17 punya jajaran aktor yang emang mumpuni.

Mickey 17 ini juga punya kontruksi kritik sosial yang nyentil banyak pihak berkuasa saat ini dan dibawakan dengan humor satire yang bikin kita sesekali ketawa.

Overall, salah satu film Bong Joon Ho yang gue sangat suka dan mungkin lebih ringan dari sebelum2nya.

Menit-menit pertama yang menjanjikan dengan konsep berbeda rupanya diakhiri dengan ending yang terburu-buru bahkan cenderung drop dari apa yang mau disampaikan (atau mungkin sebenernya itulah yg akan disampaikan?)

Pernikahan Arwah memang bisa dibilang beda dengan film horror..lainnya, tapi ya sayang banget penulisan di paruh akhir ini beneran bikin emosi saking pengen kelarnya.

Apresiasi buat departement visual dan setting yang bikin film ini aura creepy-nya dapet.

Selebihnya gampang dilupain.

Bagian kecil dari perjalanan hidup Bob Dylan yang digambarkan begitu powerful dari semua cast. Timothée Chalamet surely did a great job as Bob.

Transformasi dari anak desa ke kota, dari yang humble sampai ke level NPD yang kadang bikin pengen nimpuk.

Kegigihan Dylan yang pengen musik Folk itu ga sekedar jadi konsumsi orang2 tertentu aja, hingga dia pengen mengubah stigma itu yang tentu saja jadi perdebatan banyak pihak.

Cara rebel Dylan melalui karya emang ga bakal cukup, tapi tetap impactful.

Love every music in it.

Cerita film ini adalah cara proper (dan positif) untuk bilang kalau semesta pasti punya rencana yang tepat buat kalian yang percaya. Ya baik cinta, rejeki atau apapun dalam hidup.

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu punya skrip yang rapih dengan karakter2 yang semuanya menyenangkan.

Interaksi semua karakternya ini works. Gak ada yang disia-siain dan semuanya ngasih energinya masing2.

Tapi yang paling menurut gue membekas adalah interaksi Daku dan orang tuanya yang bikin senyum2. Bu Dewi dan Pak Slamet nambahin value penting di filmnya

Sementara itu, Hanung emang improve banget akhir2 ini dengan shoot2 yang oke dan bisa ngebedain gimana dia ngedirect buat kebutuhan film komersil dan yang enggak. Such a proper work from him after Tuhan, Izinkan Aku Berdosa tahun lalu.

Ada beberapa "simbolis" yang dipasang lewat screen ratio sampai color grading antar lokasi yang bikin mood-nya emang berubah sesuai keinginan cerita.

Menyenangkan sekali nontonnya, meski ceritanya tentang struggling seorang lelaki sama perasaan2 yang menyertainya.

Dibanding dengan dialek film yang sebelumnya gue tonton, Kemah Terlarang ini lebih mending meski filmnya yaa... jelek 🙂🫶

Snoozefest dengan cerita yang semuanya kayak tiba2 tanpa back story yang kuat.

Dengan karakter yang sebenernya ga ada yang kuat, bikin filmnya pengen bikin serem tapi gagal.

Sepanjang film padahal ga ada karakter yg "bodoh" kayak film horror medioker kebanyakan.

Ya gampang dilupain aja