Casting dalam film ini sangat baik, seluruh bintang sangat cocok memerankan tokoh yg mereka mainkan. Setting lokasi juga sangat bagus, mendukung cerita. 45 menit awal cerita berjalan dengan sangat baik, fondasi cerita dan teror yang dibangun cukup membuat bergidik. Lewat 45 menit cerita mulai kedodoran, teror mulai terasa repetitif dan cerita mulai terasa tidak jelas entah mau dibawa kemana. Penyelesaiannya pun terasa simple yg kalau dipikir2 sudah terkuak sejak awal film, tapi sangat didramatisir utk keperluan menutup cerita.
Overall, Maryam cukup solid dan menyeramkan. Bravo.

Terlepas dari elemen misogynist, saya suka dengan ke-absurd-an cerita dan bagaimana Fajar Nugros men-treat cerita tersebut dgn level absurditas yg hampir sama. Ada sedikit kekecewaan bagaimana cerita dibawa menjelang akhir film, namun endingnya cukup memuaskan. Yang cukup disayangkan adalah Peran Didi Nini Towok bisa lebih dimaksimalkan.

Ide cerita menarik. 2/3 awal film masih enak untuk diikutin walau banyak perbaikan yg dapat dilakukan terutama di departemen cerita. Sayangnya, 1/3 akhir film cerita mulai terasa meh dan penyelesaiannya sangat blah (alias very podcast-y), yg merusak filmnya secara keseluruhan.
Putri sebagai heroine seharusnya diberi plot yg lebih ekstrem untuk menunjukkan kekuatan karakternya. Tapi yg terjadi di film malah putri terus menerus dibikin apes. Sangat menjemukan. Harusnya buat Putri ketakutan yg lalu menjadikan ia penasaran dan pergi ke tempat pertama kali ibunya menuntut ilmu tarot… putri di film ini terasa sangat lemah dan tak berdaya… meh…
Arwah ibunya pun keseringan nongol jadi tidak menyeramkan lagi.
Overall, film dengan ide cerita yg menarik namun plot yg sangat lemah.

Film yang membingungkan karena ga jelas fokus ceritanya apa dan tokoh utamanya siapa.
Awalnya ada Sari, PSK sepi pelanggan yg mau tobat, tapi alih2 langsung tobat berhubung omsetnya juga udah seret, eh malah dia mau jadi pelakor. Jadilah dia datang ke dukun miskin di tengah hutan utk minta pelet lintrik.
Lah, lalu di tengah film, fokus ceritanya bukan lagi soal lintrik… tapi mengenai ajian pelet lain.
Dan di endingnya, fokus cerita berubah lagi kepada Rendi, si laki org yg mau dilakorin si Sari.
Bingung euy…

Kalau kru sinetron disuruh bikin film tentang sekte pemuja setan, hasilnya Gereja Setan. Ceritanya gak logis, khas sinetron. Dialog dan aktingnya lebay ala sinetron. Si Ribka diajak gladys ke acara komunitasnya dan sampe disana Ribka sadar bahwa itu adalah sekte pemuja setan lalu ia kabur. Besok2nya Ribka diajak Gladys lagi kesana dan masih mau dan kabur lagi sambil nangis2. Besok2nya diajak lagi untuk ketiga kalinya dan Ribka masih mau pula dan kabur lagi sambil nangis2. Bitch, you’re a satanic fans. Jadi intinya, Gereja Setan adalah sinetron/FTV “Ribka si gadis pemuja setan in denial”.

Premis cerita tidak original, mirip film Kate Hudson. Tapi plot mengalir enak, ada beberapa loop hole dalam cerita walau tidak mengganggu. Kekuatan film adalah suspense yang terjaga dari awal sampai akhir dan the unexpected factor dalam cerita yang sangat jarang ada dalam film horor lokal. Kekuatan lainnya adalah cast ensemble bermain sangat baik, yaitu Luna, Christine Hakim dan Fedi. Oka bermain stereotip seperti peran2nya di film lain walau menunjukkan perkembangan menjelang akhir film.
Endingnya saya suka banget. Overall Sukma adalah horor yang bagus.