Tenung by Risa Saraswati & Dimasta
Penyakit film horor Indonesia nyaris selalu sama, yaitu premis cerita bagus tapi plot filmnya hancur. Spesialnya lagi di film ini, twist dan penyelesaian di ending sangat sederhana seperti ditulis oleh penulis naskah yg honornya ditawar sadis oleh produser. Yang juga bikin shock, seorang Rizal Mantovani, sutradara film horor ter-the best tahun lalu: Racun Sangga, malah di film ini menggunakan efek CGI yg terlihat sangat murahan (tangan2 gaje dan sprei terbang).
Setengah jam pertama cukup baik karena sukses membangun pondasi cerita, apalagi scene saat ibunya bangkit dari kematian. Setengah jam berikutnya diisi oleh jumpscare nirfaedah yg copas dari film-film horor lain, diantaranya The Ring dan Annabelle Creation. Setengah jam akhir film, harap maklum.
Oyah, ternyata ada tambahan twist lagi di ending paling ujung, kayaknya produsernya nambahin honor penulisnya dikit lagi setelah screening test yg pertama dan hasilnya agak zonk. Sayangnya, twistnya ga berguna sama sekali untuk memperkaya cerita, malah terkesan dipaksakan.
Btw, plus-nya film ini adalah Seroja Hafiedz sebagai ibu tampil cukup menyeramkan. Minus yg paling bikin kesal, premis yg seharusnya bisa dikembangkan, yaitu dosa masa lalu ibunya, malah dianggurin dan penulis memilih arah cerita lain yg dikembangkan dengan malas. Dan background cerita di tahun 90-an tapi segala props dan tampilan pemain ga ada yg 90-an, cuman si emil aja yg mirip pemuda 90-an, itupun karena wajahnya memang wajah jadul (emil is a very good looking person, btw, so this is not a read).
Overall, filmnya gak buruk amat.
Tenung by Risa Saraswati & Dimasta