Durasi film ini sebenarnya cukup singkat untuk menceritakan pertandingan antara Karasuno dan Nekoma, sehingga pace nya terlalu cepat dan beberapa scene terkesan hanya sekadar lewat. Meskipun begitu, film berhasil mencampur aduk emosi penonton, mulai dari tegang, sedih, sampai tertawa selama menonton.

Sudut pandang kamera yang diambil dalam film ini juga cukup menarik, terutama sudut pandang Kenma di rally terakhir yang bisa dibilang salah satu scene terbaik di film ini. Sayangnya, ada juga beberapa sudut pandang kamera yang cukup mengganggu saat menontonnya.

Rally terakhir antara Karasuno dan Nekoma sebenarnya sudah dieksekusi cukup baik sebagai puncak dari film, tapi sebagai yang sudah membaca manganya itu terasa kurang epic jika dibandingkan dengan manga.

*Bonus:
Itu kenapa setiap scene yang latar belakangnya tim voli perempuan sedang bermain mereka gak gerak sama sekali. Maaf salfok pas nontonnya.

Penggambaran karakter Riley yang beranjak remaja dan memiliki 4 emosi baru, yaitu Anxiety, Envy, Embarassment, dan Ennui sangat relate dengan penonton dan pasti setiap orang (yang masih atau sudah melewati masa remaja) merasakannya. Hal ini juga yang membuat penonton dapat menikmati filmnya dengan baik.

Perkembangan karakter, baik karakter manusia dan karakter emosi dieksekusi dengan baik. Apalagi ditambah dengan pesan-pesan yang disisipkan dalam setiap perkembangan karakternya juga tersampaikan dengan baik.

Sayangnya, film ini justru memperjelas bahwa sejak Inside Out sejak awal memang tidak direncanakan untuk dibuat sehingga ada plot hole yang cukup menganggu. Jika 4 emosi baru tersebut muncul saat beranjak remaja, kenapa orang tua Riley tidak memilikinya di film pertamanya? Apakah mereka akan hilang saat melewati masa remaja? Film ini sebenarnya memberikan jawabannya, tapi tidak sepenuhnya menjawab.

Film ini berhasil menampilkan Godzilla sebagai sosok monster yang memporak-porandakan segalanya tanpa pilih kasih. Bahkan tanpa film ini tidak perlu menjelaskan apa atau siapa itu Godzilla untuk membuat sosok Godzilla terlihat menakjubkan sekaligus menyeramkan di sepanjang film.

Selain penggambaran sosok Godzilla, drama yang ditampilkan di film ini gak kalah menarik. Bagaimana Shikishima yang dihantui masa lalunya, hubungannya dengan Noriko, sampai keinginannya untuk "balas dendam" ke Godzilla sangat berhasil memantik emosi penonton.

Pesan yang disampaikan oleh film ini juga tersampaikan dengan sangat baik dan ikut berperan dalam pengembangan karakternya. Salah satunya bisa dilihat bagaimana pemikiran "mengorbankan diri" lebih terhormat daripada "pulang dengan selamat" berubah menjadi sebaliknya begitu berpengaruh ke penokohan Shikishima.

*Bonus:
Atomic Breath Godzilla disini keren banget sumpah.

Setiap scene dalam film ini ditulis dan dieksekusi dengan sangat baik sehingga membuat pesan yang ingin disampaikan berhasil tersampaikan dengan sangat baik juga. Begitu juga setiap karakternya ditulis dengan sangat indah dan pemerannya pun sukses dalam memerankannya. Contohnya Bagus, dari yang awalnya sangat gak peka dan egois perlahan mulai menyadarinya dan mulai berubah, tapi perubahan itu tentu saja ada alasan dibaliknya.

Sinematografinya juga gak kalah bagus. Penggunaan teknik pengambilan gambar yang sesuai dengan scenenya membuat scene tersebut menjadi lebih hidup dan menarik. Keputusan untuk menggunakan format hitam putih juga sangat tepat karena sesuai dengan tujuan dari film ini sendiri.

Yang kurang dari film ini ada di beberapa bagian komedinya yang terasa miss seakan komedinya hanya sekadar ditempel dalam scene yang kalau dihapus mungkin tidak akan berpengaruh apa-apa atau bahkan lebih baik.

Dengan cerita yang unik dan tentu saja lucu, Agak Laen sukses besar sebagai film komedi yang menghibur semua penonton. Penokohan masing-masing karakter utamanya juga ditulis dengan baik dan sangat relate dengan penonton.

Chemistry Boris, Jegel, Oki, dan Bene yang sudah sering tampil bersama juga sangat membantu akting mereka sehingga komedi-komedi di dalam film ini terasa sangat natural.

Tapi di sisi lain, beberapa komedi di dalam film ini terkesan hanya sekadar sketsa yang ditambahkan dan tidak memengaruhi alur ceritanya sehingga durasinya menjadi terlalu lama.

Exhuma termasuk film horror yang unik karena bukan menjual kengerian dari "hantu" atau jumpscare yang mengagetkan. Hal yang lebih tepat menggambarkan horror dari film ini adalah "angker" yang menghadirkan suasana mencekam di sepanjang film meskipun tanpa adanya "penampakan".

Sayangnya dalam durasi lebih 2 jam dan dibagi menjadi 2 babak, suasana mencekam film ini lebih terasa di babak kedua sedangkan babak pertamanya lebih terasa seperti pengantar (yang terlalu lama).

Karakter di film ini juga kurang dieksplor sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam setiap tindakan atau kemunculannya. Contohnya, Hwa-Rim yang latar belakangnya tidak dijelaskan secara mendalam, padahal itu penting karena latar belakangnya berperan besar dalam film ini.