Glenn Fredly The Movie mungkin akan lebih enjoyable kalo gatau cerita asli yang diceritain di filmmya, karena lumayan banyak yang ga sesuai di dunia nyata.
Gue suka akting para pemainnya, terutama Marthino Lio & Bucek. Marthino beneran mirop banget sama Alm. Bung Glenn, bukan cuman dari penampilan, tapi dari cara bicaranya juga. Gue juga suka aktingnya Bucek disini karena pengucapan logat Timurnya yang bagus dan saat adegan emosional tidak kalah saing performanya dengan pemeran utama.
Gue juga suka momen-momen drama di film ini yang beneran bikin sedih, terutama saat konflik ayah dan anak.
Sub-plotnya yang terlalu banyak juga menjadi kekurangan di film ini. Ada beberapa sub-plot yang jadinya hanya lewat begitu saja, tak berkesan. Beberapa sub-plot yang sebenarnya penting juga tidak banyak dibahas di film ini contohnya seperti hubungan Glenn dengan Nola, proses pendekatan Glenn dan Mutia, keduanya berperan penting pada cerita namun sayangnya tidak banyak di ceritakan.
Editing dalam film ini juga cukup buruk. Penonton tidak diberi tahu film sedang berlatar pada tahun berapa, dan dimana. Jadinya, sering kali saya bingung ini karakter sedang berada di tahun berapa dan apakah sedang berada di Ambon atau Jakarta.
Departemen artistik dari film ini juga tidak berhasil memberikan nuansa klasik pada filmnya. Bayangkan saja, di suatu adegan, di jelaskan mereka sedang ada di tahun 2000an (gue tau itu tahun 2000an karena di adegan itu, ada papan tulis yang berisikan schedule Glenn pada era itu) tapi mereka sudah ada EXCEL 2013 di komputernya, hebat.
Gue juga kecewa karena banyak teman dekat Almarhum yang tidak ada pada film seperti, Trio Lestari, Angga Sasongko dan banyak hal besar yang dilakukan Bung Glenn tak dijelaskan pada film.
Dari banyaknya kekurangan fatal, gue masih tetap suka dengan film ini.