Motif jelas, misterinya ada, tapi ada yang kurang.

Pemandi jenazah semestinya jadi orang terakhir yang mengetahui persis kondisi badan sebelum dikafani, namun ketika sebuah kematian tak wajar menimpa ibunya, sang anak penasaran untuk mencari tahu kejadian yang sebenarnya. Ditambah lagi satu persatu warga di desa tersebut mengalami kejadian serupa, kematian misterius hampir setiap hari.

Terlepas dari cerita dan misterinya yang menarik, terlalu banyak pengulangan adegan dan karakter bikin alur setengah ke belakang cenderung monoton, dan ditutup dengan ending yang berasa terlalu cepat untuk diselesaikan. Mungkin karena penonton genre ini udah bisa mulai menebak kejadian yang sebenarnya di parun kedua film.

Pemandi Jenazah bisa jadi film yang berkesan kalau misterinya lebih kejaga & melibatkan karakter lain sebagai bagian dari penyelesaian konflik. Sound effect dan adegan jump scare di film ini cukup ngebantu ngejaga alur cerita & bikin ga monoton.

Gak hanya bisa ditonton, tapi didengar.

Beberapa tahun lalu, standar teater paling tinggi adalah THX Certified yang digagas oleh George Lucas sebagai standar pemutaran film Star Wars, dan kini secara umum bergeser ke IMAX. Top Gun: Maverick, Oppenheimer, Tenet dan kini Dune dibuat agar ketika diputar di IMAX bisa menyuguhkan pengalaman terbaik.

Menurut saya di DUNE: Part Two ini hampir sepanjang film kita bisa mendengar kemegahan audio melebihi visualnya. Hal ini sangat membantu plot cerita yang lambat dan kompleks dengan karakter yang bejibun, dan membuat 2 jam 46 menit sangat berkesan.

Melanjutkan kisah perebutan kekuasaan, sumber daya dan pembalasan dendam, sequel ini menyajikan alur yang lebih dinamis dibanding film sebelumnya yang lebih lambat. Ceritanya memang agak serius dan mungkin terkesan berat, tapi dengan menonton secara utuh, menurut saya penonton yang ngga baca bukunya juga bisa mengerti konflik yang dipaparkan.

Untung film ini keluar setelah KKN di Desa Penari, karena kalo kebalikannya, KKN di Desa Penari akan berasa jauh di bawahnya. Sebagai prequel, film ini bercerita tentang Desa Penari di jung pulau Jawa yang mistis, misterius dan dikelilingi lelembut. Salah satunya Badarawuhi yang meminta tumbal demi keamanan desa tersebut.

Merasa jengah dan ingin mengakhiri ritual, tetua desa berbuat sesuatu yang justru membuat desa tidak nyaman puluhan tahun kemudian. Disisi lain Badarawuhi juga tidak tinggal diam dan mencari cara agar ritual kembali dilakukan, mencari penari sebagai persembahan.

Nonton film ini lebih ke penasaran eksekusi filmnya di bawah sutradara Kimo Stamboel, yang terkenal berani menghadirkan horor berkelas di filmnya. Tapi yang saya rasain, di film ini sepertinya perlu ikutin arahan produser & ciri khasnya kurang berasa. Di sisi lain, cerita lebih solid lebih berasa horornya.

Da kita mah apa atuh diantara pertarungan Titan?

Manusia tetep ada fungsinya ternyata, sebagai pembawa pesan sekaligus penghubung dengan Titan lain yang selama ini tertidur.

Film kelima dari franchise Kong ini mash menarik untuk ditonton di bioskop. Kong lawan Godzilla di film sebelumnya aja udah epic, apalagi sekarang ada musuh baru yang sedang membangun kerajaan untuk menguasai dunia.

Yang unik dari film ini, lebih dari setengah durasi dipakai untuk bercerita dari sisi Kong dan Godzilla, hingga akhirnya ketemu dan baru ketauan musuh yang sebenarnya siapa. Ngga usah terlalu ribet sama layer cerita yang keberadaan manusianya diada-adain, sebut aja manusia di film ini adalah pembantu umum yang perlu bekerja sama untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Epic battle diantara Titan buat orang-orang yang tumbuh dengan Ultraman dan Power Rangers, di film ini sangat berasa untuk ditonton di bioskop, dengan cerita ringan yang masih nyaman untuk diikuti.

Salah satu contoh film yang digarap dengan serius dengan ciri khas Joko Anwar yang bikin diskusi setelahnya, ngingetin sama Modus Anomali yang juga penuh kejutan.

Akan ada banyak teori tentang film ini, dan pasti setiap sudut pandangnya akan menarik untuk didiskusikan. Kalo di The Matrix ada Red Pill & Blue Pill, di film ini menurut saya minimal ada 2, apakah Sita & Adil berhasil keluar terowongan atau ternyata mereka tidak selamat, karena sangat berpengaruh pada kesimpulan masing-masing penonton di akhir film, walaupun menurut saya akan ada teori yang bagaimanapun endingnya akan tetap sama.

Karena sejak lama Joko Anwar dikenal sebagai sutradara yang mindblowing bahkan banyak yang bilang identik dengan Christopher Nolan yang endingnya bisa jadi multi persepsi, tentunya penonton perlu siap-siap dengan akhir dari film Siksa Kubur ini.

Yang patut diacungi jempol adalah akting pemerannya yang effortless, terlalu natural di setiap adegannya tapi tersaji dengan baik dan on point. Ditambah audio yang bikin saya sering menahan natas di beberapa adegan. Penting banget untuk nonton di bioskop untuk pengalaman maksimal.