Menjadi lembaran baru dari kisah kera vs. manusia, KINGDOM OF THE PLANET OF THE APES menghadirkan dunia 3 abad pasca “War for the Planet of the Apes” di mana Caesar hanya menjadi sebuah cerita lama di dunia baru yang di ambil alih oleh dominasi spesies kera pintar yang saling berseteru memperebutkan kekuasaan. Sementara manusia sendiri terancam punah.

Kehilangan sosok sekuat Caesar bersama Andy Serkis jelas jadi pukulan telak buat KINGDOM OF THE PLANET OF THE APES untuk bisa meneruskan kejayaan franchise ini dengan mulus. Tapi pertunjukan mesti berlanjut. Kini mereka membentuk sosok jagoan baru bernama Noa, seekor simpanse muda untuk menggantikan sang legenda yang sudah meletakan pondasi sangat kuat di tiga seri sebelumnya.

Ini jelas jadi pekerjaan berat buat sutradara Wes Ball, karena gak cuman kekurangan karakter-karakter kuat dan momen-momen yang memorable, narasi garapan Josh Friedman yang mencoba memulai kembali perseteruan beda spesies ini pun gak punya cukup tenaga untuk menjadikan installment ke-4 nya ini bisa bersinar seperti yang dilakukan “Rise of the Planet of the Apes” yang sama-sana berposisi sebagai awal dari seri baru “Planet of The Apes”.

Namun semua kekurangan itu masih bisa dimaklumi karena ini baru awal dari sesuatau yang baru, dan saya cukup senang sama endingnya, memberi sebuah rasa excited tersendiri menanti kelanjutannya, terutama cerita dari pihak si lemah untuk mendapatkan tempatnya kembali di bumi. Semoga bisa lebih baik.

Semanis Raia-nya Putri Marino yang coba move-on dari patah hatinya dan menyebalkan seperti karakter River-nya Nicholas Saputra yang doyan datang dan pergi sesuka hati, THE ARCHITECTURE OF LOVE adalah kombinasi romcom pahit-manis tentang dua manusia dengan luka masa lalu yang coba saling menyembuhkan satu sama lain di gemerlapnya negeri orang.

Punya vibe jalan-jalan romantis sambil ngobrolin hal-hal santai sampai deep talk sembari meromantisasi si “apel besar” dengan keindahan dan sejarah landmark-landmark-nya yang untungnya, gak cuman jadi set panjangan luar negeri yang mahal, namun juga berhasil jadi bagian penting dalam mengisi perjalanan narasinya.

Dihadirkan bersama akting efortless Putri Marino dan tentu saja, pesona misterius nan dingin Nicholas Saputra yang chemistry keduanya berhasil mengisi jiwa karakter-karakter THE ARCHITECTURE OF LOVE buatan Ika Natassa ini dengan segala masalah dan cara pandang akan kehidupannya masing-masing

Bersama sekelompok jurnalis perang, kita diajak menjadi saksi dari sebuah the power of journalism dalam sebuah perjalanan lintas Amerika era distopia paling menengangkan dan mendebarkan tahun ini lewat CIVIL WAR-nya Alex Garland.

Sajian road-war movie modern yang dipenuhi semburan adrenalin tingkat tinggi, darah, air mata, desingan peluru dan juga ledakan yang mengiringi cerita dari salah satu profesi paling berbahaya di dunia dalam dedikasi dan obesesi mereka untuk mengabadikan kengerian konflik perang saudara dari garis depan.

Meski latar belakang konfliknya gak pernah bener-bener dijelasin secara detail, CIVIL WAR sendiri masih mampu berdiri solid bersama kombinasi dari kekuatan di sinematografi juara yang sukses menangkap keindahan dari sebuah kehancuran (IMAX definitely is a must), dan juga relasi kuat antar karakternya, bikin kita ikutan ngerasain gimana suka dukanya jadi wartawan di tengah-tengah perang.

Seperti baru kemaren aja ngeliat Anne Hahtaway jadi calon pewaris tahta kerajaan Genovia di “The Princess Diaries”, dan sekarang, viola! Ia sudah mulai mengisi slot karakter emak-emak 40 tahun! Gila emang waktu!

Ya, di THE IDEA OF YOU, Anne adalah Solène Marchand, single mom anak satu yang jatuh cinta sama Hayes Campbell, lead singer dari boy band paling ngetop di dunia yang umurnya masih 24 tahun.

Walau masih terjebak dalam gaya penceritaan ala romcom kebanyakan, THE IDEA OF YOU masih menawarkan sebuah kisah dongeng modern yang manis, dan juga sedikit pahit.

Menjadi menarik karena ada tema cinta beda umur dengan segala konsekuensinya yang menjadikan THE IDEA OF YOU sedikit beda. Tema yang gak cuman sekedar berakhir jadi premise semata, tapi berhasil dihantarkan dengan cukup baik menjadi konflik utamanya bersama chemistry solid dari Anne Hahtaway dan Nicholas Galitzine yang charming dan mengemaskan meski endingnya masih berasa terlalu aman.

Gila bener sih ini Luca Guadagnino! Alih-alih bikin film tentang tenis dengan segala hal-hal formulaik ala sport movie kebanyakan, ia malah bikin CHALLENGERS, salah satu kandidat film paling cantik, paling sensual dan paling epik tahun ini.

Jadi, yang dilakuin Guadagnino di sini adalah membuang semua pakem from zero to hero, menggantikannya dengan kisah persahabatan dua petenis muda dan perjalanan mereka menjadi rival abadi akibat dirusak oleh ambisi, obsesi, nafsu dan tentu saja, perempuan yang dihadirkan dalam pesona luar biasa Zendaya.

Hadir dalam plot non linear yang memantul bolak-balik ke depan dan ke belakang, gaya penceritaannya udah ibarat seperti menonton permainan tenis itu sendiri yang pelan namun pasti berhasil membentuk kompleksitas narasi bersama motif kuat karakter-karakter di dalamnya yang dimainkan apil oleh trio Mike Feist-Zendaya-Josh O’Connor.

Sementara di departemen teknisnya, CHALLENGERS pun gak kalah perkasanya. Camera works gila, editing gila sampe musik scoring gila dari Trent Reznor dan Atticus Ross, berhasil memberi kita sebuah pengalaman elektrik enerjik nan intens yang di mana tiap sekuen yang melibatkan raket dan bola udah kayak macam menonton puisi berjalan yang dipenuhi shot-shot cantik yang sebelumnya gak pernah kamu temui di film tentang tenis manapun.

Meski terjadi pergantian pemain di posisi salah satu “penyerang” utamanya, gak bikin DUA HATI BIRU di bawah asuhan Gina S. Noer yang kali ini collab bareng Dinna Jasanti di kursi sutradara kehilangan daya magisnya sebagai penerus dari drama yang secantik nan sepowerful film pertamanya, apalagi kali ini datang dengan membawa isu dan konflik yang lebih berat, mulai tentang benturan dari ego-ego muda yang kebingungan, parenting 1001 sampai hubungan antar manusia, hadir bersama dukungan cast-nya yg bermain gemilang.