Masterpiece! Jujur aja, kalo lo nonton ngutamain believeble sebagai faktor krusial, ya mgkn ada beberapa scene atau plot yang bikin pertanyaan; 'lah kok bisa, breh? padahal kan harusnya, bla.. bla.. bla..".

Tapi gua sih berusaha enjoy aja nikmatin 'Monkey Man' sbg sajian entertainment aja!

Plotnya sih tipikal struktur/formula film balas dendam pada umumnya. Tapi yang bikin beda, gaya storytellingnya pake pendekatan cerita hanoman, sbg sebuah legenda, ajaran atau unsur-unsur agama Hindu.

Film ini berani nampilin sisi India yang kumuh, dan glamour secara bersamaan. Apalagi kalo bicara tentang sindiran sosial, gimana pemuka agama yang didewakan, jadi bagian busuk dan tirani yang justru bersembunyi dibalik agama.

Monkey Man bicara tentang kondisi sosial yang busuk, yang berusaha diperbaiki oleh politisi dan aparat busuk, dengan berusaha menciptakan paradigma perubahan, padahal intinya politisi yang alih-alih mengusung perubahan, sama bajingannya, cuma beda tempat asalnya.

Overall sebagai sebuah film, Monkey Man adalah film yang berhasil jadi salah satu film dengan sinema experience level tertinggi! Sound designnya juara! Apalagi Cinematogprahy dan editingnya edan sih ini! Gambarnya banyak banget, dan penempatannya meaningful!

Dan yang paling keren adalah, di India ada indomart ges! Gak percaya? tonton aja!

Premisnya menarik! Tapi urusan logika, lupain aja lah! nontonnya niatin nyari hiburan aja.. nggak ada yang spesial juga sih. scene-scene komedi cukup lucu dan menghibur. overall bagus, tapi mudah dilupain! Gak ada yang berkesan gitu.

Tiap nonton round up, eskepktasinya adalah film yang bener-bener fun. action fun, lucu, segar. Dan selalu terpenuhi. Padahal film ini bukan tipe komedi yang terbilang receh. Dan bersifat situasional. Tapi entah kenapa punchlinenya hampir selalu bikin ketawa terbahak-bahak. Dan yang paling buat gua sangat tertarik nonton terus adalah, fightingnya natural banget sih! Gak kliatan staging atau dancing. apalagi ditambah sound effect pukulannya berasa banget dalem. jadi nambah kesan fightingnya beneran real gitu!

Entah kenapa film ini terlalu tipikal. Hingga sangat membosankan untuk diikuti. Padahal isu yang diangkat sangat relevan.

Yang paling gue suka dari film ini adalah gimana ngolah premis yang biasa, atau bahkan bisa dibilang premis umum, namun terlihat menarik dan terasa sebagai sesuatu yang baru. FIlm ini punya storytelling yang kuat. Jujur aja, emang sih ini tipikal drama slow pace, yang bikin ngantuk kalo gak engage di awal. Tapi buat gue, hubungan karakter yang terjalin antara nenek dan cucu yang terasa mengalir, jujur dan natural, membuat gue engaged selama film berlangsung.

Apalagi bumbu komedi yang disisipkan dalam adegan atau bahkan dialog, sangat membantu penonton untuk tetap terikat dengan film ini. Secara karakter dan plot, cukup relate dengan keluarga asia, meskipun bukan orang thailand, tapi kurang lebih tradisi dan plot yang dialami karakter cukup relate dengan kita. Untuk kesekian kalinya, GDH selalu mampu menghadirkan tontonan yang berasal dari ide sederhana namun dirasa penuh makna.

SAKIT! Idenya bagus banget. Bener-bener dateng dari what if yang di luar nurul arifin! Yang bikin film ini terasa sempurna buat gw, adalah nyeritain dari sudut pandang wartawan perang! Jadi pendekatan documentarynya tuh kerasa banget. Jadi seakan-akan kita sebagai penonton ikut lari-larian bareng Lee, Jesse dan Joel. Jelas banget film ini pake metode karakter driven! yang untungnya dikemas dengan sangat luar biasa apik! Entah berapa kali kata *njing keluar dari mulut gua, selama sekitar 2 jam nonton. Kagum banget ama cara bertururnya film ini!

Dan yang paling nggak bisa gw lupain adalah, penampilan Jesse Plemons! cuma 1 scene , tapi gila sih dia! Buat gue yang udah nonton beberapa filmnya dia.. bener-bener kaget Jesse Plemons bisa sesangar itu! Edan!