24 Jam Bersama Gaspar (2024)
Film detektif adalah salah satu jenis film yang jarang dieksplor dalam industri sinema kita. Anggi Noen mencoba untuk bereksprimen dengan genre ini melalui 24 Jam Bersama Gaspar. Ceritanya merupakan adaptasi dari novel laris karya Sabda Armandio.
Film ini bercerita tentang sosok pemuda bernama Gaspar yang terobsesi dengan cerita-cerita detektif. Ia seorang yatim piatu yang dirawat oleh kakek Babaji di pendongeng ulung.
Sejak kecil, Gaspar suka dengan cerita detektif dan mengagumi penulis Arthur Harahap. Gaspar sering membagikan cerita-cerita itu dengan teman kecilnya, Kirana. Kirana adalah cinta monyet Gaspar. Sialnya mereka akhirnya harus terpisah.
Belakangan diketahui, Kirana diduga dijual oleh ayahnya, si juragan toko emas Wan Ali. Demi mengungkap hal ini, Gaspar mengumpulkan sejumlah orang untuk membalas dendam kepada Wan Ali. Selain itu, misi lainnya adalah mengungkap rahasia kotak hitam milik Wan Ali. Mampukah Gaspar Cs menjalankan misinya?
***
Secara alur, film ini memang tidak selalu setia dengan cerita bukunya. Ada sejumlah perbedaan terlihat. Hal ini bisa dimaklumi karena sejatinya 24 Jam Bersama Gaspar merupakan 'novel monolog pikiran' yang sulit untuk dialihwahanakan dalam film.
Meskipun begitu, usaha untuk memasukkan narasi dan dialog-dialog seperti dalam buku juga tampak. Sayangnya, dialog yang terlalu formal dan agak nyastra ini terdengar cringe. Belum lagi cara bagaimana cerita dituturkan, terbata-bata alias tidak smooth.
Lalu penggambaran tokoh-tokohnya juga tidak natural. Misalnya seperti Gaspar yang diperankan oleh Reza Rahardian. Reza tampak gagal memerankan sosok Gaspar yang dalam buku digambarkan begitu murung dan enigmatik. Shenina, Laura Basuki, Kristo Immanuel hingga Sal Priadi juga melakukan hal serupa.
Beruntungnya, film ini terselamatkan dengan tone warna yang mampu membangun vibes a la film noir. Selain itu, sound dan lagu-lagunya juga cukup menghidupkan film ini.
Overall, 24 Jam Bersama Gaspar adalah film yang cukup memanjakan mata. Sayangnya, ceritanya masih kaku dan rapuh. Kendati demikian, film ini masih layak menjadi tontonan yang menghibur.