Opening film di stasiun terlalu berlebihan, untuk membuat penonton tau mana yang antagonis masih saja menggunakan metode seperti di sinetron 2000an.

Masuk kereta. Akting kru kereta terasa aneh dan nggak pas (kecuali waitress). Kelakuan penumpang gerbong mayoritas juga tidak realistis, sama sekali tidak ada kecurigaan dari awal, dan herannya di kereta juga tidak ada yang lalu lalang setiap saat (seperti kereta pada umumnya), padahal masih belum malam hari.

Part akhir terasa kacau (in a bad way), tiba-tiba ada separasi massa padahal 1 gerbong juga bisa memuat semua orang dari kedua gerbong yang ada. Hilang semua logika di part akhir, apalagi ending.

Beberapa penggunaan CGI juga kurang di film ini, namun kekurangan itu masih terobati dari sosok entitas hutan yang kreatif & keren.

Dari opening film saja sudah aneh, dilanjut dengan tiba-tiba bully, tiba-tiba cuci tangan, tiba-tiba emosi, tiba-tiba berhenti nonton.

Ini pertama kalinya menonton film horror, setan belum keluar sudah muak sama cerita + akting pemerannya.

Juga, film ini risetnya kemana? sejak kapan sembur air untuk ruqyah? memangnya the nun?

Niat film ini dengan jelas ingin mengkritisi banyak pondok pesantren yang didalamnya bobrok parah, itu niat baik. Tapi kalau hasilnya seperti ini lebih baik buat dokumenter saja. Tapi mengingat sutradaranya yang keras kepala & money driven itu ya sudahlah.

10 menit pertama sudah ada penampakan yang tidak ada gunanya sama sekali. Penggunaan bahasa jawa yang nggak tepat, sampai terlalu banyak karakter yang tidak ada fungsinya juga ke cerita.

Hal yang paling memuakkan, reaksi dan pengambilan keputusan dari keluarga + teman dekat ayu yang di luar nalar. Kalau memang kesurupan sudah berlangsung lama, dan sering pergi ke dukun atau "orang pintar", kenapa tiap ayu kesurupan tetap kaget dan heboh? kan katanya sudah capek?

Seperti penyebab ayu kesurupan, semua hal yang terjadi di film ini hanya kebetulan. Tiba-tiba jumpscare, hilang, cari benda, teror, dukun, dst.

Masih terasa film tipikal horor indonesia, penampakan, jumpscare, gore yang muncul mungkin tiap 5-10 menit. Cerita yang harusnya menarik & fokus di proses memandikan jenazah malah tergeser ke misteri yang lagi-lagi santet tanpa akhir yang jelas.

Third act s.d Ending film ini sama sekali tidak enjoyable & tidak menghasilkan konklusi apapun. Jadi suami-suaminya bagaimana & kemana? santetnya bagaimana dan dari siapa? kenapa yang memandikan jenazah kena juga? wtf.

Konsep cerita yang seru, jadi ingin ada lebih banyak lagi konsep horor, fantasi, & supranatural seperti ini.

Terlebih juga mengangkat konsep Alam Mimpi (bukan Alam Ghaib), yang membuat puncak adegan di part akhir sangat masuk akal.

Ada beberapa hal minor yang tetap terasa agak dipaksakan, seperti sisi humor dari peran antagonis, juga dari karakter teman si Respati. Namun kekurangannya tertutupi dengan visual ciamik (CGI keren) + adegan yang keren.

Diluar ekspektasi, 30 menit awal film terasa enjoyable (karena belum ada jumpscare yang konstan tiap menit diadakan). Setelah 30 menit, mulai sudah banyak adegan yang terasa tidak perlu, jumpscare di semua tempat tanpa alasan, yang akhirnya malah lupa ke judulnya yaitu "pamali".