Spectacular animation movies, dengan cerita yang nyaman untuk dirasakan, juga ditambah animasi yang top-notch (selera pribadi).

Bingung ingin menjelaskan film ini seperti apa lagi, karena terlalu enjoy dengan animasi yang disuguhkan, apalagi karena film ini menggunakan desain karakter yang mengingatkan (sekaligus nostalgia) ke kartun/serial original dari transformer yang dulu pernah tayang di ANTV (sepertinya, cmiiw).

Sangat nyaman dengan cerita origin dari transformer ini, mungkin utamanya karena hanya bercerita tentang mereka (transformers), tidak seperti di film transfomer live-action yang sudah dikenal lama di mana berfokus di konflik manusia yang seringkali terasa mengganggu (secara personal).

Film yang pasti worth untuk ditonton ulang.

Film satu ruangan yang sama sekali tidak membosankan, tertarik dengan dialog intens dari awal hingga pertengahan film, dilanjutkan dengan bertanya-tanya akan dibawa ke mana arah film ini.

Sound design dari film ini terasa mantap terutama saat menonton di bioskop, selain menambah intensitas & kengerian film, sound design juga menjadi petunjuk akan apa yang sedang dipersiapkan/ dilakukan oleh "Mr. Reed".

Akting Hugh Grant yang outstanding membuat penonton cemas, heran, sekaligus tidak nyaman akan setiap tingkah lakunya. Juga membuat interaksi antar tokoh terasa tidak lamban (tetap intens).

Banyak pertanyaan yang akhirnya terjawab secara jelas maupun terbuka, namun karena ada banyaknya pertanyaan juga memberikan kesan dangkal (tidak mendalam) akan diskusi/argumen yang dibangun (hal ini mungkin juga merujuk ke perkataan Mr. Reed yang mennyinggung "semakin banyak mempelajari agama, semakin bingung/banyak hal yang tidak dimengerti".

Ending film yang keren dengan mempertontonkan "mukjizat" sebenarnya (?) dengan petunjuk sederhana yang juga merupakan callback satu hal di awal film.

Memilih untuk baru menonton film ini sekarang karena dapat banyak informasi kalau film ini mirip dengan The First Omen agar tidak terlalu mengkomparasi keduanya.

Film yang dari awal terasa sudah membuat penonton merasa tidak nyaman dengan keseluruhan "convent", tapi mungkin itu juga yang membuat film ini terasa membosankan. Beberapa kali, alur adegan serasa mudah ditebak. Sesekali, ada juga adegan yang sepertinya tidak perlu (contoh: kenapa pakaian tidur tokoh utama harus tanpa dalaman, sedangkan nun lain menggunakan dalaman? karena yang dijual itu kah?).

Hal paling krusial yang masih jadi pertanyaan pribadi, bagaimana dan kapan tokoh utama "dihamili"?

Dari 2 film yang disajikan, film pertama lebih relate secara personal walaupun berlatar di banten, mungkin karena menggunakan bahasa jawa banten dan kebiasaan yang dilakukan juga mirip dengan yang pernah saya tahu & rasakan.

Film pertama terasa luwes, seperti sedang mendengarkan mitos yang sering disampaikan oleh orang tua/ leluhur setempat. Memang masih ada bagian yang terasa lambat dalam progresi ceritanya tapi masih bisa ditolerir.

Film kedua walaupun dengan tema yang sering digunakan, karena durasi yang cepat dan progresi cerita yang jelas tujuannya, jadi terasa tidak membosankan, apalagi dengan twist yang membuat jengkel sendiri (in a good way).

Tipikal cerita film horor religi yang sudah ada dari dulu, walaupun sekarang jarang lagi dipakai (dari film akhir-akhir ini).

Salah satu yang mengganggu ya peran galang setelah santet dimulai, tiba-tiba saja berubah ke versi antagonis sepenuhnya yang menolak semua perkataan istri. Memang bisa saja itu karena pengaruh santet, tapi tetap terasa drastis dan aneh saja.

Nilai plus dari film ini utamanya dari penyajian visual yang proper, tidak terasa berlebihan yang tidak perlu.

SPOILER:
Countdown 5 hari untuk teror yang mengherankan, baru di pertengahan sadar dan ada aksi.
1. Hari pertama terasa secepat kilat,
2. Hari kedua tetap sama namun sudah memakan korban,
3. Hari ketiga hanya digunakan untuk menyadarkan galang akan teror yang terjadi,
4. Hari keempat podcast ceramah dengan ustad yang tidak membuahkan hasil,
5. Hari terakhir baru mulai intens, seperti film horor religi pada umumnya.

Diluar ekspektasi ini film enjoyable, ceritanya kuat walaupun dengan premis yang umum atau bahkan bisa dibilang kadaluarsa. Apalagi ini dari sutradara debutan.

Part awal, alasan mereka bisa pindah jelas dan runut. trauma yang ditunjukkan oleh dewi dari sosok ibunya juga tidak berlebihan. Pertengahan hingga akhir juga tidak bertele-tele, penampakan yang terjadi sama sekali tidak diiringi dengan sound yang berisik.

Ending film yang juga pas, tidak terasa anti klimaks ataupun aneh. Horor sekte seperti ini memang lebih baik diakhiri seperti ini (selera personal).

Sosok entitas yang ada di film ini pun terasa kelam walaupun hanya diam tanpa teror seperti di mayoritas film horor jumpscare.

Poin plus juga dari film ini, semua akting karakternya tidak ada yang jelek/ aneh.


SPOILER:
Hal yang jadi pertanyaan, jika solusinya adalah membunuh inang sebelum ritual pewarisan selesai, kenapa tidak dari dulu saja?