Film yang menunjukkan tentang kedukaan yang sangat mendalam, dan tidak pernah disembuhkan. Sampai akhirnya sang karakter mau melakukan apa pun untuk membawa anaknya yang meninggal kembali lagi hidup. Sederhana filmnya, namun dari segi karakter, sound design, intensitas dan horrornya bagus. Endingnya memang agak kurang, dan saya yakin bakalan ada beberapa yang tidak suka dengan endingnya. Tapi at the end, keseluruhan filmnya sangat enjoyable, walaupun agak slow burn.

Scene pisau bikin ngilu bener.

Standar dari seri John Wick, tidak mengecewakan, fun, action scenenya bagus juga. Kekurangan cuman dari act pertama yang sebagai pengenalan ke karakter Eve, gimana antagonis utamanya kalah, dan logika yang agak terlalu "over the top" dan "jump the shark". Beberapa karakter yang punya potensi juga sayangnya cuman ada untuk mati. Act pertama sebagai latar belakang dan pengenalan karakter Eve ketimbang lambat dengan act 2 dan 3 filmnya.

Walaupun begitu, ini masih film seri John Wick, tidak pernah mengecewakan, dan selalu fun. Recommended!

Filmnya kaya kalau lu dikasih kue yang paling enak tapi gede banget, dan lu dipaksain harus habis itu juga. Seru, dua adegan worth nonton di IMAX (Sevastopol dan pesawat terbang di babak akhir), sinematografi dan koreografi actionnya bagus, acting semuanya bagus juga. Kekurangan cuman ya itu, kepanjangan. Dan di babak akhir ada dua momen yang agak aneh. Transisi dari scene mobil di babak akhir ke Ethan Hunt yang lari itu agak aneh, dan scene Gabriel ngomong kalau di pesawat itu udah ga ada parasut lagi, tapi ternyata di scene selanjutnya si Ethan dapet juga satu. Mungkin gw salah denger..

Tapi Gabriel masih saja villain yang agak kurang. Malah jadi kaya generic I want to be God villain. Ya memang seru sih dia jadi ketawa ketawa menyiksa si Ethan, tapi man, Solomon Lane sama August Walker masih lebih keren dan memorable ketimbang Gabriel. Worth sih di IMAX, tapi dengan waktu hampir 3 jam, cukup melelahkan juga.

Sebuah film supernatural ala Nosferatu yang kalau Nosferatu membanggakan dan menyinari film gothic supernatural, disini Sinners membanggakan lagu Blues dan black community as a whole. Suka dengan penggambaran tradisional supernatural yang ada, lagu yang ada sangat memorable dan seru, dan akting yang ada juga bagus. Yang agak sayang cuman film ini ingin membawa terlalu banyak isu, juga kelamaan. Pacing aman, tapi terasa lama filmnya. Sayang, padahal film sebagus ini harusnya masih ada di bioskop, malah jadi langka.

Jangan lupa tunggu sampai akhir, ada mid credit dan post credit scene. Sangat rekomended, karena ga bisa kasih skor 8.5, ku bulatin jadi 9. Very worth to watch it in theatres.

Also, scene tari dan lagu Rocky Road to Dublin, acung empat jempol.

Film Jokan straight forward, to the point, membawa isu rasisme dan kerusuhan 98 ke masa modern dan tentunya fiksi. Namun tetap, trauma dan kelakuan yang ada, dengan tanpa filter, ada di film ini. Kalau dilihat, ini film paling brutalnya Jokan, mungkin se level sama Pintu Terlarang, dan juga memiliki aksi baku hantam yang lebih bagus daripada Gundala. Untungnya easter egg yang ditebar, ga gitu banyak, dan mengganggu keseluruhan film. Overall, rekomen banget. Film horor yang ga ada setan, tapi tetap horor khas Jokan.

Qodrat pertama dan Pemukiman Setan lebih bagus daripada film ini sayangnya. Tapi tetap seru dan memuaskan, dari segi acting, directing, penggunaan shot, sampai special effects yang ada. Sayang iblis Zhaduq ga seseram dan sebuas Assuala. Juga desain iblis kambing ataupun banteng sudah sangat basi, generik. Film ini juga tidak menghadirkan hal yang unik ataupun spesial, ya mungkin cliffhanger akhir aja yang menunjukkan beberapa adegan untuk sekuelnya. Tunggu streaming aja sih, ketimbang bayar tiket dan harus duduk dengan orang yang berisik, main hp, dll.