Alex Garland, you fucking sick. Solid story, acting. cinematography, audio, action, conclusion, you name it.

Civil War menjadi film terbaik yang saya tonton sepanjang 2024 ini. Bercerita soal perjalanan jurnalis mengabadikan momen perang saudara di Amerika, eksplorasi film perang dengan mengambil POV jurnalistik adalah langkah yang berbeda dan jenius.

Tak jarang kita merasa seakan-akan kamera menjadi lebih kuat dari senapan. Setiap detiknya kita dibuat waswas, karena Civil War memaksa penontonnya terlibat dalam konfliknya semenjak durasi awal. Worth every second for sure!

The First Omen sangat handal dalam urusan menyimpan rahasia. Gaya bertutur yang cenderung pelan mungkin bukan favorit semua orang, namun The First Omen secara efektif membuat kita tak mengalihkan pandang sedikitpun.

Rating 17+ nampaknya tak cukup untuk menggambarkan betapa ngerinya film ini. Apresiasi terbesar untuk sang sutradara, Arkasha Stevenson, yang terlihat menaruh hormat begitu tinggi kepada pendahulunya-The Omen (1976).

Tantangan terbesar membuat sebuah prekuel adalah menarik benang merah sekaligus menjawab pertanyaan "seberapa penting?", dan The First Omen berhasil menjawah pertanyaan itu dengan begitu lantang dan lugas.

Memadukan horor dengan isu yang berat; seorang ibu berusaha mempertahankan hak asuh anak-anaknya di tengah kekacauan, The Deliverance justru asyik sendiri bermain dalam drama yang banal dan mudah ditebak.

Sebuah rumah yang konon adalah portal ke neraka mendadak menjadi rumah hantu murahan. Adegan eksorsisme yang entah sudah berapa kali diterapkan dalam film sejenis lainnya, predictable jumpscare, juga kedekatan karakter yang nihil, semuanya hadir dalam salah satu film horor yang paling mudah dilupakan tahun ini.

Mengemban beban berat dengan memakai nama film klasik, Twister (1996), nyatanya Lee Isaac Chung (yang juga menyutradarai Minari) berhasil menghadirkan kisah yang benar-benar baru, dengan ketegangan yang bahkan melebihi pendahulunya.

Fast-paced movie which almost on-point in every aspect. Daisy Edgar Jones seperti biasa tampil dengan sangat mengagumkan, dan Glen Powell juga menjadi tandem yang luar biasa. Twisters adalah contoh ideal bagaimana seharusnya film remake dibuat, teknologi terbaru dimanfaatkan tanpa mengabaikan apa yang sudah dibangun oleh pendahulunya, berbanding terbalik dengan banyaknya film remake yang terkesan malas.

Fresh and fun!

Oz Perkins is a phenomenal director. Period.

Setelah debutnya, The Blackcoat's Daughter, yang menurut saya adalah salah satu film horor terbaik sepanjang masa, kini ia kembali dengan mahakarya yang lain, Longlegs.

Slow-burn horror yang menebar fragmen satu per satu selalu menjadi ciri khasnya. Filmnya tak akan sampai kepada tipe penonton yang tak sabaran. Setiap aspek terasa segar di sini, karakter, visual, penceritaan, satu per satu menuntun kita ke plot twist yang megah.

Maika Monroe patut mendapatkan apresiasi lebih lewat perannya sebagai tokoh utama, begitu juga kehadiran Nicolas Cage sebagai Longlegs yang selalu memunculkan rasa tak nyaman setiap kali ia muncul. Lama sekali rasanya tak merasakan sensasi seperti ini semenjak Hereditary (2015).

One of the best horror/thriller movie this year, i guess.

Abigail shows that addictive adrenaline-pump, just like Ready or Not (2019).

Rindu sekali rasanya menonton film semacam ini, setiap karakter dengan keunikannya masing-masing, saling berlawanan namun menghadapi kengerian yang sama, vampir jago balet.

Membuat film vampir bukanlah perkara mudah, yang berkesan di benak saya terakhir adalah A Girl Walks Home Alone at Night (2014).

Abigail memilih untuk mengambil pendekatan yang cenderung komikal. Akar cerita film ini sungguh sederhana, "robbery goes wrong", terdengar klise namun berhasil diatasi oleh Abigail dengan kisahnya yang unik. Tak lupa konklusi yang sangat memungkinkan adanya ekspansi cerita ke depannya.

Really exciting!