Don (Prince Poetiray), anak gemuk yang sering diolok-olok dengan panggilan "Jumbo" ingin membalas perbuatan anak yang suka merundungnya, tapi sesosok arwah bernama Meri (Quinn Salman) meminta pertolongan Don untuk disatukan kembali dengan makam keluarganya yang dirusak.
JUMBO adalah pencapaian baru bagi sinema Indonesia.
Sebagai animasi, film ini dihantarkan dengan detil gambar yang sangat berkelas. Di tangan sutradaranya, Ryan Adriandhy, Jumbo juga hadir dengan narasi yang matang dan emosional sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, termasuk penonton dewasa. Tidak terkotak dengan pola tuturan “film kartun” yang sering terasa membatasi jangkauan cerita banyak film animasi lokal sebelumnya.
Not without its fair share of problems. Usaha untuk “mendewasakan” cerita membuat linimasa pengisahan Jumbo tampil dengan gulungan konflik yang beberapa diantaranya tidak mampu terurai dengan baik. Sound mixing di sejumlah adegan juga terasa tidak terlalu mulus, dengan beberapa dialog tenggelam oleh musik latar yang mengiringinya.
Meskipun begitu, garapan tema tentang keberanian, persahabatan, dan pencarian jati diri dalam film ini tetap dapat disampaikan dengan baik serta, yang paling penting, begitu menyenangkan untuk diikuti. Jumbo juga punya adegan musikal, termasuk dengan lagu Selalu Ada di Nadimu yang akan membuat hati setiap pendengarnya mengharu biru.
And just like that… Sap! Sap! Sap! Film animasi Indonesia naik kelas.