Ketika usianya 12 tahun, Dilan mengikuti ayahnya bertugas di Timor Leste, yang sebelumnya bernama Timor Timur. Dilan tinggal selama 1,5 tahun di Timor Timur, lalu kembali ke Bandung dan belajar di sekolah lamanya. Di tahun 1983, Dilan bertemu siswi baru dari etnis Tionghoa asal Semarang bernama Mei Lien. Kehadiran Mei Lien di sekolah Dilan mencuri perhatiannya sehingga ia ingin belajar bahasa Mandarin. Keinginannya ini membuat keluarganya heran.
Sebenernya gue paham apa yang pengen dikasih tau sama Ayah Pidi tentang gimana kondisi Indonesia pada umumnya di 80an dengan issue Petrus, asimilasi warga keturunan sampai ke issue Timor Timur.
Tapi kalau dalam perspektif anak SD ya jadinya ga sampe semua.
Dialog-dialog cringe yang hampir semuanya dipaksakan, cinta2an monyet yang (mohon maaf malah geuleuh) gitulah. Bikin film ini sebenernya ga ngasih apapun kecuali persahabatan Dilan dan teman2nya.
Mungkin kalau stick di cerita persahabatannya bisa lebih baik (?)