Setelah kakaknya meninggalkan rumah, Tari (Prilly Latuconsina) berjuang sendirian untuk menyelamatkan Ibunya (Dominique Sanda) dari Ayahnya (Surya Saputra) yang abusive. Tari yang sejak kecil menyimpan banyak sekali trauma, sudah tidak mampu menahan beban ini. Ditemani Baskara (Dikta Wicaksono), seorang pria temperamental yang juga bergabung di support group yang sama. Mampukah Tari melewati Trauma yang ia punya dan tidak lagi menyimpan tangisnya sendiri?
Sejauh ini, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis adalah karya terbaik dari Sinemaku.
Dengan kolaborasi cerita dan karakter yang kuat, bikin film ini beneran ngasih impact (at least bagi gue) bahwa kesehatan mental (sekali lagi) itu penting.
Gk expecta bakal bikin mikir, bahwa hidup yang selama ini nampak baik-baik saja mungkin emang gak sepenuhnya baik-baik saja. Ada hal tersimpan yang kemudian jadi bom waktu yang satu saat mungkin akan meledak.
Kira2 begitulah inti ceritanya.
Dari Ayah yang temperamental, sirkel pertemanan kantor yang toxic (positivity) membuat Tari ngerasa terhimpir oleh situasi yang serba salah, gabung support group tapi gak berani speak up sampai akhirnya tumpukan2 emosi itu meledak sendiri.
Mungkin, beberapa part dari cerita (khususnya cerita Baskara) emang ngerasa kayak kecepetan, tapi closure film ini gue suka. Karena ini hal yang jarang ada di film kita (mengenai tema yang hampir sama).
Surya Saputra punya karakter ngeselin dan dia berhasil bikin kita semua yang nonton ikutan kesel, meski gak semua supporting cast bermain baik tapi menurut gue ensemblenya masih oke.