Ketika dunia runtuh, Furiosa kecil diculik dari Green Place of Many Mothers oleh kumpulan pengendara motor yang dipimpin panglima perang Dementus. Melewati padang tandus, mereka menemukan benteng yang dikuasai Immortan Joe. Dua sosok tiran tersebut lalu berperang untuk menentukan siapa yang paling kuat, dan Furiosa harus bertahan melewati banyak ujian sambil mencari cara untuk pulang kembali ke rumah.
Gak ada yang salah dengan FURIOSA: A MAD MAX SAGA yang hadir sebagai spin-off sekaligus prekuel-nya “Mad Max: Fury Road (2015)”. Ini masih Mad Max-nya George Miller yang kita kenal dengan set dunia post-apocalyptic gersang, indah dan juga sangat mematikan lengkap dengan pertunjukan aksi road rage gila-gilaan bersama balutan sinematografi ciamik dan dentuman scoring mengelegar yang gak cape-capenya ngiringi kisah origins dari Imperator Furiosa dan kisah balas dendam kesumatnya.
Mungkin yang jadi satu-satunya kesalahan besar FURIOSA adalah karena ia hadir setelah “Fury Road” yang sudah ngasih batasan begitu tinggi, gak hanya buat franchise Mad Max sendiri, tapi juga untuk genre action thriller secara keseluruhan. Ya, buat saya FURIOSA cuman kalah tipis dari segi kuantitas dan kualtitas action narasi, juga main villain-nya.