Setelah menghabiskan tenaganya untuk melayani umat dan orang saleh yang dia hormati sejak kecil, serangkaian kehilangan dan pengkhianatan mendorong Kiran ke ambang batasnya. Kecewa, ia merebut kembali tubuh dan pikirannya dari agama dan menggunakannya untuk kepentingannya sendiri. Semuanya tampak baik-baik saja buat Kiran, anehnya pemberontakannya tak terasa cukup memuaskan. Kiran memutuskan untuk meningkatkan pembangkangannya, menjerumuskannya makin dalam pada bahaya, yang entah akan memubuatnya jadi bijaksana, atau mendorongnya ke jurang tanpa dasar.
Bukan Hanung Bramantyo kalo sampe gak bikin kontroversi di setiap kali ia bikin drama-drama berbau reliji. Dari judulnya, TUHAN, IZINKAN AKU BERDOSA aja sudah berasa provokatifnya, bahkan di awal film, Hanung udah ngasih TW kalau filmnya kali ini bakal menyinggung sejumlah pihak. Dan benar aja, TUHAN, IZINKAN AKU BERDOSA jadi film Hanung paling provokatif dan paling ‘liar’ sejauh ini.
Ya, agama, perempuan, radikalisme, prostitusi, kemunafikan sampai pencarian akan Tuhan melalui cara-cara gak biasa. TUHAN, IZINKAN AKU BERDOSA menghadirkan kisah perjalanan spiritual sosok Kiran, seorang perempuan muda relijius dan cerdas yang memilih berlumur dosa karena dirinya merasa sudah dikecewain sama agama dan Tuhannya.
Saya cukup menikmati apa yang disuguhkan Hanung di TUHAN, IZINKAN AKU BERDOSA. Drama yang menyentil sana sini, dari pemuka agama munafik sampe politikus korup. Dihadirkan dalam narasi non liner yang mungkin bakal sedikit membingungkan kalau kamu tak fokus.
Meski terlihat “kurang ajar” dan provokatif, Hanung seperti tahu benar apa yang dia lakuin ketika membawa-bawa agama dalam narasi dan eksplorasi karakternya. Gak pernah bener-bener sampe kelewat batas, namun pesan yang ingin disampaikan langsung dihadirkan langsung nusuk ke jantung pertahanan. Satu hal lagi yang bersinar di sini adalah performa Aghniny Haque yang luar biasa. Mungkin TUHAN, IZINKAN AKU BERDOSA jadi penampilan Aghniny Haque terbaik sejauh ini.