Alana dan Rabin adalah dua sahabat yang mengalami kejutan terbesar dalam hidup mereka. Seorang monster menculik dan menyekap mereka. Tak ada cara lain, mereka harus melawan balik. Dengan cara apapun.
Monster ditampilkan dengan cukup baik, meski belum sepenuhnya bisa membawa pengaruh signifikan dalam skena horor thriller lokal. Namun untuk sebuah film tanpa dialog, kehadirannya memberi kesegaran, serta layak untuk mendapatkan apresiasi tinggi.
Bagi yang belum tahu, film ini adalah remake dari film Amerika Serikat berjudul The Boy Behind the Door (2020). Hal paling membedakan di antara keduanya adalah, bila film aslinya sangat male centric, Monster dibuat lebih female centric.
Hal itu didominasi oleh kehadiran dua karakter perempuan utamanya yang kuat. Marsha Timothy dan Anantya Kirana berhasil menunjukkan kehebatan aktingnya secara gemilang. Semua karakter pria dibuat lemah dan tertutup oleh ketangguhan kedua perempuan ini.
Karena ngga ada dialog, maka suara menjadi elemen yang penting untuk bercerita, selain gestur dan mimik wajah para karakternya. Sayangnya, pada beberapa adegan, suara scoring-nya cukup mengganggu. Namun selebihnya masih oke.
Secara keseluruhan, Monster sudah jelas berhasil menyelinap naik ke posisi yang baik dalam deretan film horor Indonesia karena keunikannya. Namun untuk menyebutnya sebagai salah satu yang terbaik, menurut gue masih belum. Bagus, tapi kurang berkesan.