All of you of this Earth, when the mourners take their seventh step in leaving your grave… Question from the Angel of Death should be answered. If you fail, so shall it come:
Akhirnya Joko Anwar bikin horor bagus lagi setelah remake Pengabdi Setan 2017 silam.
Ya, begini mestinya horor religi lokal itu dibuat. Lewat SIKSA KUBUR, Joko Anwar berhasil menyampaikan pesan besar dan provokatif yang mempertanyakan sejauh mana batas keimanan kita diuji melalui perjalanan spiritual menyeramkan dan juga obesesi gelap dari manusia dengan luka masa lalu yang mencari jawaban atas apa yang terjadi di liang lahat setelah kematian.
Sesuai judulnya, ini horor tentang siksa kubur yang beneran menyiksa. Hadir melalui pergerakan ceritanya yang lambat namun intens sejak awal, hingga akhirnya meledak di akhir yang sungguh bikin kalian yang percaya langsung auto tobat.
Kombinasi visual muram, teknis solid sampai pemilihan lagu-lagu lawas dan scoring mencekam gak berhenti ngasih teror dan rasa gak nyaman di sepanjang film. Sementara narasi provokatifnya yg menyerempet tema sensitif seakan-akan mencoba menantang keimanan penontonnya dengan pertanyaan dan argumentasi yang dipenuhi rasionalitas dan skeptisme.
Meski saya kurang suka twist dan konklusinya yang memilih bermain di wilayah aman setelah perdebatan panjang di paruh awal yang menarik, tapi sungguh itu apa yang dilakuin Joko Anwar di momen puncak itu sungguh adalah sebuah pengalaman sakit jiwa yang pernah dibikin di perfilman kita.
Gak perlu pake jualan ayat-ayat, gak perlu kebanyakan ceramah dan juga gak perlu pake parade jump scare berlebih dari entitas-entitas astral yang sudah mulai membosankan tapi efeknya bisa langsung nusuk ke jantung. Ya, SIKSA KUBUR sudah naruh standart tinggi buat sub genre horor reliji kita.