UMAR BAKRI (Bucek), guru idola di SMA Nawasena, khususnya bagi siswi bernama MARIA (Nurra Datau). Di balik dedikasinya, ia juga seorang ayah tunggal yang merawat putri semata wayangnya, MAGDA (Arla Ailani), gadis berusia 17 tahun yang hidup dengan polio namun tumbuh mandiri dan bersemangat. Kehidupan sederhana mereka terasa lengkap, hingga sebuah insiden di sekolah mengubah segalanya. Rekaman Umar menampar seorang siswa bernama MARLON (Zeyn Datau), putra pengusaha kaya, viral di media sosial. Publik menuntut jawaban, tetapi Umar memilih bungkam demi menyimpan rahasia besar yang bisa menghancurkan masa depan anak didiknya. Dalam sekejap, Umar dihujat publik, dikucilkan, dan akhirnya dibawa ke meja hijau. Di persidangan, semua pihak menuntut alasan di balik tindakannya, namun Umar memilih bungkam. Bagi Umar, ada kebenaran yang terlalu berharga untuk diungkap—sebuah rahasia yang bisa menghancurkan masa depan murid-muridnya sendiri. Ketika tiba saatnya untuk membela diri, ia mengucapkan kalimat yang mengguncang ruang sidang: “Apalah arti kebenaran, jika kebenaran itu membunuh masa depan murid-murid saya.” Film ini menjadi potret getir tentang pilihan seorang guru: membela nama baiknya sendiri, atau mengorbankan segalanya demi masa depan generasi muda.
Problem terbesar dari Belum Ada Judul adalah eksekusi bercerita yang tanggung dan gak tuntas.
Tema guru, murid dan bullying yg lagi rame ini mungkin jadi semacem opportunity buat film ini ngasih awareness, tapi lebih ke preachy aja sih. Nampak tidak natural jadinya.
Bucek somehow menahan buat ga terlalu over diemosinya. Meskipin sebenernya ga cocok karena film2 sebelumnya dia paling pas dpt karakter yg emotionalnya level tinggi.
Ada bagian cerita yang bikin gue mengernyitkan dahi, sebagai yg pernah menang FFI kayaknya Aria emg belum balik lagi ngasih karya bagus.