Di tengah kehidupan pesantren yang religius, SARAH (Gisellma Firmansyah), seorang santriwati, diusik oleh serangkaian mimpi buruk tentang KUNTILANAK yang mengancamnya. Sesuai petunjuk sang pengasuh pesantren, Nyai Fatima, Sara pergi ke sebuah kampung yang angker, Wonoenggal, untuk mengungkap rahasia gelap masa lalunya. Di sana, ia bertemu dengan sahabatnya di pesantren, AZIZAH (Wavi Zihan) yang lahir di sana. Nasib juga mempertemukan Sarah dengan MAJID (Abun Sungkar) seorang dokter muda yang sedang koas di Wonoenggal. Sara menemukan bahwa desa itu tenggelam dalam kegelapan spiritual di bawah kendali MBOK DARMI (Jajang C Noer), dan teror kuntilanak yang mencekam. Sara harus menghadapi ancaman supranatural dan kejahatan manusia, mengungkap kebenaran yang mengerikan dan menghadapi pertarungan mematikan untuk mencari jawaban tentang asal-usulnya dan membantu desa dari kutukan yang menghantui mereka.
Bagus, ceritanya bisa diikutin logika walau banyak kekurangannya, seperti latar belakang cerita yang kontradiksi dgn perkembangan cerita, laju cerita yang lambat banget, dan menjelang ending ceritanya berantakan. Serta endingnya yang dibikin menggantung seolah bakal ada sekuelnya, sungguh tidak penting karena gak ada yg peduli. seharusnya ceritanya dituntaskan saja di film ini agar perkembangan ceritanya tidak sangat lambat.
Tapi yang paling saya suka adalah kuntilanaknya digambarkan secara klasik ala film Suzanna di tahun 80-an, termasuk jumpscarenya yg cukup efektif. Kuntilanaknya kembali ke era jadul dimana ia adalah wanita yang terzalimi dan menuntut balas sebagai kunti. Sangat Suzanna, sesuatu yang sangat kita suka. Tema horor feminis seperti ini memang sudah seharusnya kembali ke layar lebar karena we simply love it very much.