Prani is a middle-aged schoolteacher known for her unwavering ethics, and her creative punishments — called “reflections” — earn her admiration from her colleagues and respect from her pupils. When she sees someone cutting in line at a popular coconut-cake stand, she fearlessly speaks out against the injustice. Her deed takes an unexpected turn, however, when a vlogger posts a video of her, which goes viral, gets misinterpreted, and unleashes a wave of online criticism. Prani's reputation and chances of securing the vice principal position she aspires to are suddenly at risk, and though her family tries to help her prove her innocence, the situation soon spirals out of control.
Surat cinta untuk para netizen maha benar. Cerminan betapa jahatnya internet dan sosial media mampu merusak hidup orang lain karena ke sok tahuan dan ketidakbijaksanaan orang2 saat menggunakan internet. Film yang ngebuat kita kesal lewat perspektif korban ibu Prani yang jadi objek nyinyiran, bully, fitnah, framing dsb. Bukan cuman itu, film ini juga mengangkat berbagai isu masalah mental.
Film karya Wregas Bhanuteja ini tetep nyelekit dan beberapa scene tetap memancing emosi meski kerap juga memancing tawa. Apalagi yang saya kagumi sinematografinya yang memainkan kontras warna yang apik dan simbolis, akting para pemerannya juga sangat bagus apalagi penggunaan bahasa jawa disini bener2 apik, terutama Prilly Latuconsina disini pinter banget akting logat medoknya.
Budi Pekerti sesuai judulnya memang menyindir betapa kurangnya etika dan nilai2 budi pekerti seseorang di internet. Walau bisa dibilang ini film Wregas yang lebih ringan penyampaiannga daripada film Penyalin Cahaya.