Ayumi Fujino (Yuumi Kawai) adalah siswi SD yang punya bakat besar sebagai seniman manga. Manga 4 panelnya dipajang di koran sekolah dan semua orang menyukainya. Ia merasa tertantang oleh seorang gadis tertutup bernama Kiyomoto (Mizuki Yoshida), yang juga punya manga 4 panel yang dipajang di koran. Kiyomoto punya kemampuan teknis jauh di atas Fujino, tapi Fujino tak mau menyerah. Dalam perjalanan hidup mereka, keduanya berubah dari saling bersaing, menjadi rekanan, hingga berpisah, sampai suatu saat, Fujino yang sudah sukses sebagai seniman manga, mendengar berita mengejutkan tentang Kiyomoto.
Tatsuki Fujimoto saya akui ini salah satu mangaka favorit saya sejak dia membuat serial Chainsaw Man, dan ketika film Look Back rilis saya excited buat nonton ini. Dan anime movie ini memperjelas bahwa Fujimoto emang bukan mangaka biasa, bukan jenius tapi buat saya ia seorang storyteller yang punya referensi yang luas. Look Back ceritanya sangat sederhana, tentang rivalitas dua remaja seniman mangaka dibangku sekolah, tapi isi cerita film ini bukan tentang rivalitas, tapi tentang ego, persahabatan dan kemudian impian yang kemudian klimaksnya menggali lagi arti lebih dalam akan makna kata 'look back'. Buat saya film ini indah banget, dari ceritanya yang cuman 1 jam, pengenalan 2 karakternya antara si hikikomori Kyomoto dan si supel Fujino, terutama animasi dan musiknya yang bener2 memberi materi cerita menjadi lebih punya makna lebih. Mungkin ga sedetil karya Makoto Shinkai, tapi dibalik setiap detilnya yang sederhana, gerakan animasi tiap2 scene itu kayak menggambarkan pesan yang emosional, merefleksikan akan suatu makna dengan cara yang tersirat lewat media gambar. Lalu, juaranya adalah aransemen musik dan lagunya, terima kasih buat orang2 dibalik film ini yang mengadaptasi manga ini menjadi lebih hidup lewat animasi dan musiknya, gila setelah film ini menggulirkan credit scene, satu ruangan bioskop serasa hening dan speechless hingga rela duduk sampai credit scene selesai, padahal tema lagu film ini ga sedang berusaha dibikin sedih, tapi saya paham kenapa ketika ada perasaan kehilangan dan kenangan menjadi sisi terkelam yang dibawa oleh film ini dibikin dengan sukses.