Siksa Kubur membuka horizon baru bagi perfilman Indonesia, khususnya genre horor religi. Apa yang ditampilkan, dari premis, dialog dan cara bertutur film ini semuanya terasa berbeda dengan yang umumnya disajikan di film-film serupa.

Ketimbang berceramah seperti kebanyakan film di genre ini, Siksa Kubur justru bermain dengan psikologis penonton, mengundang banyak pertanyaan yang meninggalkan banyak jawaban untuk dicari pada ruang diskusi dan mengajak penonton untuk kritis. After taste-nya tidak biasa, dan seperti film-film Jokan belakangan yang mampu membuat penonton membangun teori liarnya sendiri.

Tidak hanya tentang apa itu Siksa Kubur dan bagaimana seorang pendosa mendapat Siksa menurut ajaran (mitologi) Islam, apa yang diungkit dalam ceritanya juga mencoba relate dengan menyorot problem sosio-kultural yang terjadi pada masyarakat yang mayoritas percaya pada ajaran agama. Dialog-dialognya kritis, namun tidak juga judgmental. Scoring film cukup dapat membangun kesan kelam nan misterius. Penggunaan found footage di beberapa adegan penting menghidupkan nuansa surreal-horor film ini.

Jajaran mega cast-nya benar-benar memberikan kualitas. Pengkarakterannya solid. Emosi tiap karakter tersampaikan dengan sangat baik. Spotlight bagi saya tertuju pada Reza Rahadian yang memerankan Adil dewasa dan Widuri sebagai Sita kecil. Tanpa berlebihan, tidak ada cast yang mengecewakan dari peran minor sampai peran major. Untuk sisi ini saya rasa excellent!

Namun, tidak semua sisi film ini terasa 'menyenangkan'. Dengan cara bertutur yang tidak biasa, Siksa Kubur dapat juga terasa berat. Pun after taste film yang rasanya tidak langsung mudah dicerna setelah pertama menonton. Perlu waktu lebih atau bahkan rewatch untuk dapat mencerna isi film dengan lebih baik. Ironi dari sebuah film yang menawarkan open plot atau open ending, mengaburkan dari pesan yang ingin disampaikan oleh film atau cenderung membentuk bias penonton.

Siksa Kubur bisa jadi sebuah breakthrough horor religi (psikologis) bagi perfilman Indonesia, dengan semua kualitas teknis yang dimilikinya, namun di sisi lain justru dapat membuat penonton teralih dari pesan utama yang ingin disampaikan film ini apalagi ditambah dengan banyaknya fan theory yang berseliweran.