Hinaan dan penolakkan dari keluarga Ningsih (Syahnaz Sadiqah) kepada Gimin (Ramon Y. Tungka) membuatnya nekad mencari bantuan dari dunia tak kasat mata. Jalan pintas yang Gimin ambil untuk menjadi kaya raya, justru kini mengancam keselamatan orang-orang disekitarnya.Gimin gelap mata, setelah cintanya di tolak oleh keluarga Ningsih yang kaya raya. Ia menyanggupi perkawinan dengan jasad Nyi Suti, seorang dukun sakti yang kematiannya ditolak bumi untuk menjadi kaya. Namun, keputusan itu justru membawa malapetaka bagi orang-orang disekitarnya.
Rabi Jiwo mengingatkan saya akan sinema horor indonesia medio 80 dan awal 90-an, namun dengan peningkatan signifikan dari segala aspek sinematik, diantaranya naskah dgn story development yg baik, visual dan penyutradaraan yg juga baik, dan bahkan akting seluruh pemain juga deliver. Background ceritanya klasik lokal, yaitu ketamakan dan cinta buta yg dibalut dengan sihir hitam. Built-up di awal hingga pertengahan sangat efektif utk memberikan nuansa cerita lokal tadi, namun sajian utamanya ada di pertengahan hingga ending yg cukup intens ketegangannya. Yg paling saya suka adalah scene pertarungan antara kedua dukun di pertengahan film, dan scene wati-gimin-gopek di 3/4 film, digarap dgn sangat apik dan penuh ketegangan.
Kekurangan film ini hanya ada dua, endingnya kurang satisfying dan poster filmnya jelek banget.
Other than that, Rabi Jiwo adalah horor klasik yg surprisingly and effortlessly good.