Berangkat dari judul yang cukup menarik Saat Menghadap Tuhan, mengingatkan saya kepada Tuhan Izinkan Aku Berdosa dimana konflik dan dilema seorang hamba kepada Tuhan nya diceritakan secara jelas, sayangnya di film ini saya tidak menemukan itu..
Tiga anak sekolah (?) kemudian jadi empat bersahabat dengan cerita masing-masing. Isu perundungan, pendidikan sekolah, keharmonisan keluarga, trauma masa lalu dan KS/KDRT yang dibawa sebenarnya lumayan kompleks namun tidak cukup membantu saya untuk bisa terkoneksi dengan masing-masing karakter dan ceritanya. Background karakter yang terkesan dibangun seadanya dan perkembangan karakter serta konflik yang seharusnya bisa lebih dimasak lebih proper. Karakter lain seperti Kak Is dan Marlo juga, layaknya tambahan bumbu tapi rasanya tetap saja hambar..
Terlalu banyak scene yang (bagi saya) terlalu panjang, alur cerita yang lompat-lompat dan aneh dengan banyak pertanyaan. Bukan pertanyaan filosofis yang membuat saya ingin merenung atau open ending yang membuat saya harus menerka-nerka, tapi membuat saya mempertanyakan 2 jam yang harus saya alami..