Modal Nekad tampil oke sebagai debut directing Imam Darto!

Sedari awal premisnya emang menarik, dan beruntungnya dieksekusi dengan baik. Walau masih ada kekurangan kaya khasnya Darto yang masih sexist dibeberpaa momen dan penggunaan slowmo yang berlebih.

Soal komedinya, hit & miss sih. Tapi gue lebih ke hit, banyak komedinya yang jalan karena solidnya ansamble castnya dan bukan tipikal jokes yang segmented. Cuman beberapa masih kerasa kaya sketsa dan kadang kaku/berlebihan buat nge-delivernya.

Gue juga suka sama elemen dramanya yang nyelipinnya oke walau selang-seling ama genre komedinya kadang kurang ngeblend. Dramanya gak maksa untuk jadi yang sedih banget tapi gue yakin akan gampang ketriggered dan relatable ke orang-orang.

Bagian-bagian yang "menyindir" juga rata-rata hit dan nyambung sama ceritanya. Gue ga nyangka filmnya mau dibawa kesana.

Teknis filmnya juga mateng banget terutama disisi sinematografi, editing dan scoringnya. Beneran ngedukung naskahnya biar tampil lebih maksimal lagi.

Modal Nekad beneran film komedi yang lucu dan bukan cuman film komedi yang hanya ngejual komedinya, tapi beneran ada ceritanya dan beruntungnya bagus juga. Ya, memang masih ada beberapa yang cringe/kaku, tapi ini udah oke banget buat debut directing!

Verdict
7.5 > 8

Sorop kerasa hambar banget dari awal ampe akhir durasi.

Ceritanya pasaran dan ga menarik sama sekali, isi filmnya juga kebanyakan terror yang repetitif dan udah banyak dipake difilm-film lain.

Karakter-karakternya pun gaada yang kuat dan memorable, bahkan gaada satupun karakter yang bikin gue simpatik.

Klimaksnya juga kaya, yaudah. Antiklimaks banget dan gaada bedanya ama terror-terror diawal. Rasanya saking ga menarik ceritanya ampe bingung mau nutup filmnya gimana wkwkkwkw.

Yang masih oke cuman editingnya sama sinematografinya.

Racun Sangga berhasil mengeksplor tentang apa itu "racun sangga" sendiri dan berhasil pula mengekspose budaya Kalimantan dengan baik.

Penjelasan tentang Racun Sangga itu sendiri bener-bener digali dari ciri-cirinya, faktor dan segala pengaruhnya terjelaskan dengan detail sehingga tidak ada plot hole yang menganggu.

Proporsi drama dan horrornya juga balance, sehingga seisi film tidak hanya berisi jumpscare saja atau full adegan melodrama.

Gue juga suka dengan cara film ini nampilin gore yang bukan asal sadis, tapi lebih ke apa dampaknya bagi para karakternya. Cara film ini buat sambungin cerita santetnya dengan agama dan budaya juga mulus caranya, ga terkesan maksa.

Terror horrornya juga lebih banyak mainin atmosfer, bukan asal pasang jumpscare dan nebar demit sana-sini.

Kekurangannya masih sama seperti fm-film Soraya sebelumnya. Babak ketiganya terasa sedikit mengulur durasi agar berdurasi lebih lama dan rasanya penulis berpikir "Oh iya, dari tadi kita keasikan main drama ya. Aduh lupa banget ni kita kasi ciri khas horror Indo. Cemplungin yuks elemen setan sama jumpscare". Alhasil babak ketiganya agak kerasa repetitif dan kerasa jumpscarenya ngumpul disana.

Akting para main cast juga tidak ada yang spesial. Fahad Haydra-Frederika Cull tanpil standar dan yang cukup mengganggu adalah logat bahasa daerah yang tidak konsisten.

Berani dan detil mengangkat budaya non Jawa aja udah jadi poin tambahan buat Racun Sangga. Ternyata isinya lebih oke daripada yang gue harapkan.

Verdict: 7,5 > 8

Suka dengan tema cerita yang diangkat, walau ada banyak adegan yang cringe dan terlalu mengulur durasi.

Awalnya menarik banget buat diikutin, cuman lama kelamaan kebanyakan sub-plot yang buat main plotnya terkesan ga penting buat diceritain dan hanya buat ngulur durasi.

Sequel yang menyenangkan dan dibekali animasi yang bagus cuman nothing special seperti popcorn movie pada umumnya