Badarawuhi di Desa Penari
Ga tau ya, gue pribadi lebh dapet originalitas film pertamnya, baik itu penokohan, seting tempat, cerita dan dialognya. Ini banyak banget plot hole dan adegan buat menuhi durasi doang. Pesan moralnya juga ga ada.
Satu jam pertama hanya buat nunggu mbah buyut doang, dan setelah datang, sorry to say, MAKIN HANCUR. Itu dialog mbah buyut kayak orang baca teks yg ada di depannya ga sih? Kaku kayak kanebo kering.
Belum lagi soal telling story-nya, aduh kok nggak banget ya. Padahal sebelum mbah buyut datang, ratih dan mila udh ketemu Badarawuhi dan kembalikan gelangnya, tapi ternyata mereka kena prank. Setelah pulang ke rmh, ibu ratih malah makin parah.
Setelah itu tau apa yg terjadi? Setelah mbah buyut datang, kita malah kayak disuapin cerita knp ortu mila dan ratih penyakitan, dibom dg cerita mbah buyut doang akan apa yg terjadi.
Yang lebih membagongkan, gelang yg sudah dikembalikan tadi, ketika mbah buyut datang, itu tiiba-tiba kembali ke kotak yg dibawa mila. Dan mau tau selanjutnya? Bukannya tobat habis kena prank, mereka malah ikut audisi jadi budak Badarawuhi setelah minum kopi. Dan semakin membagongkan setelah si mila dipilih, dia malah nolak. Jadi adegan dari audisi tadi itu utk apa coba?
Kalau hanya untuk menikmati visual, mending bikin video klip atau iklan syrup marjan aja. Itu ga bikin migran.
Hal ga sedap lainnya: Itu penokohan, kostum dan dialog, asli hancur. Mana ada anak tahun 80an pakai tank top doang di desa pedalaman. Belum lagi masyarakatnya yg tdk menggambarkan masyarakat 80an. Satu lagi, itu si aming pakai logat jawa apa sunda sih? Anyyyink banget wkwkwkw.
Dua hal yg membantu film ini hanya visual gambar yg lebih tajam, dan sound scoring yg lumayan.
Badarawuhi di Desa Penari