Seperti mediumnya, film, yang mewakili kehidupan dan perasaan seseorang, #JatuhCintaSepertidiFilmFilm ini adalah tempat untuk mencurahkan segala hal di dalamnya. Dari rasa cinta hingga melupakan masa lalu. Dari manis hingga pahit. Karya film panjang kedua dari Yandy Laurens ini tak hanya original tetapi juga langka ada di film Indonesia. Kisah komedi romantis yang pintar, jenaka, sekaligus menyentuh hati penontonnya.

This film could be a very pretentious one, tapi @yndlaurens bisa menerjemahkan hal tersebut menjadi gambar bergerak yang universal di #JatuhCintaSepertidiFilmFilm dan memang seharusnya salah satu tujuan film adalah untuk menyampaikan pesan untuk penontonnya.

Lewat #JatuhCintaSepertidiFilmFilm, Yandy Laurens seakan menggali realita tentang manusia yang memang kehidupannya seperti sebuah mise-en-scene dalam film. Suka meromantisasi apa yang ada di kepalanya. Dari hal yang disuka, yang ditakutkan, hingga yang disedihkan.

Serta, memahami dan menerjemahkan term "life imitates art" ini lewat struktur naskah yang menjadi pondasi utama dari sebuah film seperti yang ada di film ini.

Menjadi film favorit tahun ini, bahkan beberapa tahun terakhir yang mungkin akan jarang kembali terulang di perfilman Indonesia.

Keabsahan siksa kubur mungkin belum pernah ada yang membuktikannya, tetapi lewat film #SiksaKubur seakan
@jokoanwar memberikan interpretasi simulasi siksaan mental dan fisiknya dengan pengalaman sinematis yang kelam dan pelan-pelan mengusik pikiran. Entry segar horor Indonesia!

Tensi horornya akan menganggu penontonnya lewat dialog-dialog yang bikin orang mempertanyakan dan merefleksikan apa yang diperbuatnya selama di dunia. Horor dengan membawa term akhirat yang menurut gue tahu benar cara mengemasnya. #SiksaKubur

Faradina dan Widuri jelas mencuri perhatian. Tetapi, gue bersimpati dengan Reza Rahadian sebagai Adil tetapi tak menemukan keadilan dalam kehidupan karakternya. Dirundung tetapi tidak mendapatkan closure yang adil. Dan vulnerability itu cuma Reza yang bisa mainin.

Opening scene-nya yang terlihat 'cerah' menurut gue adalah cara membangun atmosfer horor yang menarik banget. Rasanya intimasi karakter-karakternya itu seakan memberikan pertanda horor yang traumatis dan benar saja kejadian. GOKIL!

Elevasi secara teknis tak lantas membuat
#BadarawuhiDiDesaPenari ini secara penuturan juga naik kelas. Prekuel ini entah kenapa rasanya hambar dalam mengantarkan misteri bahkan atmosfer horornya. Belum lagi, cerita yang berbelit-belit membuat film ini susah untuk diikuti.

Hadirnya #DiAmbangKematian sebagai adaptasi kicauan viral di media sosial ini hanya ada sebagai meramaikan film horor Indonesia yang generik dan berisik. Sebenarnya ada potensi untuk mencekam, hanya saja lagi-lagi pengarahannya kurang mencengkeram. Gampang terlupakan.

Ya kalau mau dibikin horor pesimistik dengan penuh atmosfer ga nyaman, #DiAmbangKematian ini ada banget potensinya. Cuma ya gitu, ujung-ujungnya kemasannya generik asal jump scares aja. 🫠

#172Days penuh jalan terjal untuk mengenalkan karakter-karakternya kepada penonton karena pengarahannya yang hambar serta konklusi yang terburu-buru. Tersisa chemistry manis Yasmin Napper dan Bryan Doman sebagai amunisi untuk menggerakkan 104 menit filmnya.

Setelah nonton #172Days, tidak ada urgensi untuk mencari tahu siapa tokoh nyata yang diceritakan di filmnya. Impact kehadiran sosok tersebut selain sebagai penyedia kisah picisan menguras air mata. Apa bedanya dengan karakter fiksi yang pernah dibuat?

From the ridiculous premise, but #LaapataaLadies become a very entertaining film. Despite the important message about woman in this film, Kiran Rao seems sincere to deliver the stories and it become a heartwarming comedy about womanhood and Indian culture. The presentation might be very different from any other bollywood film, but it is a solid film that everyone must see!