Mampu "memprovokasi" lewat suara, pemanfaatan ruang, dan sinematografi. Tidak perlu secara eksplisit memperlihatkan apa yang terjadi di balik dinding pembatas. Aroma tragis dari dalam kamp konsentrasi sudah bisa tercium lewat perantara semacam dialog dan cerobong asap yang berfungsi menjadi hidung bagi penonton.