Tuhan, Izinkan Aku Berdosa
Film yang di adaptasi dari novel yang kontroversial di jamannya ini sangat menarik. Sang Sutradara membawa perjalanan tokoh utama bernama Kiran yg penuh dinamika dan berhasil membawa penonton ke dalam pergolakan batin yang naik turun yang didukung dengan visual yang menarik, pergerakan kamera yang terasa pas. Dengan alur yang non linear terkesan membuat bingung, akan tetapi inilah yang menjadi khas film ini dan membedakan dari novel aslinya (yang memang sequencenya berututan), dengan alur non-linear film ini sebenarnya mengajak penonton untuk mengerti perjalanan batin naik turun Kiran sebagai tokoh utama.
Kemampuan akting seorang Aghniny Haque sejauh ini, dalam film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa ini merupakan tingkat pencapaiannya yang terjauh. Aghni mampu menyampaikan kepada penonton bagaimana rasa marah, kecewa, sakit, mempertanyakan banyak hal sampai keinginan menantang Tuhan. Bonding para pemain di film ini juga terlihat natural, terutama Kiran dan Mba Ami yang diperankan oleh Djenar Maesa Ayu, bagaimana ikatan keluarga saling menyayangi yang tulus dan percaya tanpa harus ada ikatan darah.
Film ini sebagai pembuktian tidak hanya untuk para aktor tapi juga kembalinya sang sutradara Hanung Bramantyo dengan karya film yang bisa dikatakan "Personal Spiritual Journey" yang berani. Issue yang di angkat mengenai pelecehan dan kekerasan seksual hingga menggunakan balutan agama, butuh nyali yang besar.
Bagi saya sebagai penonton, di film ini ada scene yang sangat berkesan yaitu : 1. ketika Kiran berada di atas gunung dan menantang Tuhan, bagaimana Aghniny Haque sebagai Kiran meluapkan kekesalan, kekecewaannya dan merasa ada di titik terendahnya ketika semua orang yang dia percaya meninggalkannya dan mengkhianatinya. 2. ketika Kiran terjatuh dari tebing dan berdialog dengan sosok Bapak yang sudah meninggal, orang yang selama hidupnya selalu menyayangi dan percaya terhadapnya, saat kondisinya sakit dan penuh luka Sang Bapak mampu menenangkannya dengan segala nasehatnya, dan di scene itu merupakan titik balik seorang Kiran.
Peringatan diawal film yang berisi konten yang sensitif dan membuat orang tersinggung, perlu diperhatikan karena memang untuk menontonnya perlu kesiapan diri. Apabila memutuskan menonton, tontonlah sampai selesai hingga mampu mengerti esensi film ini. Tidak dipungkiri apa yang menjadi inti cerita film ini sesungguhnya banyak terjadi di dunia nyata.
Setiap orang mempunyai Spiritual Journey masing - masing maka hargailah. Spiritual Journey tidak melulu tentang religious journey. Penghakiman terhadap perjalanan seseorang tidak akan membuat diri kita lebih baik. Orang2 seperti Kiran adalah nyata yang ingin mencintai Tuhan-nya dengan bebas dan bahagia tanpa harus ditakut-takuti neraka dan diiming-imingi surga.
Tuhan, Izinkan Aku Berdosa