Secara animasi mungkin penampilannya biasa2 saja, tp untuk cerita bagus banget! Animasi tanpa dialog ini sukses bikin perasaan naik turun. Awal2 film kukira ini bakal jd film yang santai aja gitu, tp pas muncul konflik langsung batin, "Film angst-kah ini?".

Film ini berhasil bercerita tantang bagaimana makhluk(?) mengatasi rasa kesepian. Bagaimana kita terkoneksi dengan orang-orang sekitar, entah orang tersebut baik untuk kita maupun yang buruk, dan bagaimana kita harus merelakan dan menerima orang yang silih berganti hadir dalam ruang lingkup hidup kita.

Aku menonton film ini tanpa tau sebelumnya film Last Tango in Paris dan kontroversinya. Nonton ini di KlikFilm, jd sambil nonton kadang aku sambil browsing jg di internet tentang Maria Schneider.

Kisah yang diangkat dari film ini menarik sebenarnya, tentang bagaimana kehidupan Maria Schneider seblm, saat, dan setelah adegan kontroversial itu di take.

Sayangnya penceritaan film ini kurang banget. Perpindahan dari 1 scene ke scene lainnya suka lompat-lompat dan kadang lompatnya jauh, sampai-sampai yang nonton jd bingung sendiri, ini adegan masih nyambung adegan seblmnya atau gk sih?

Performa aktor aktrisnya sendiri ok aja, tapi tidak bisa membuat film ini jd terlihat lebih baik. Keinginan film ini untuk memperlihatkan betapa sedikitnya power perempuan di industri film pada saat itu jd kurang tersampaikan dengan baik.

Film Drama Courtroom memang selalu menyenangkan untuk diikuti apalagi jika penyampaiannya tidak membosankan dan itulah film ini. Durasinya memang panjang, tp tidak ada rasa bosan atau dragy karena ceritanya memang padat. Untuk performa aktor aktris disini gk usah diragukan lagi, bahkan anjing disini pun aktingnya luar biasa bagus.

Selama nonton bakal dibuat bertanya2 sebenernya Samuel ini beneran jatuh doang, bunuh diri, atau dibunuh? tak luput juga menyoroti bagaimana Daniel harus menghadapi fakta tentang hubungan orang tuanya yang terungkap selama persidangan. Meskti endingnya memberikan konklusi hasil pengadilan, tp kita dibuat asik berteori sendiri.

Meski aku bilang sebelumnya film ini tidak membosankan, ttp perlu mempersiapkan mental(?) dan mood untuk nonton, bagaimana pun jg film durasi 2,5 jam termasuk lama sih.

Film yang isinya ngobrol doang di dalam taksi. Tapi tetap bikin betah nonton sampai akhir karena interaksi antara si perempuan dan si supir memang menyenangkan untuk diikuti. Jadi kayak dengerin orang curhat di tongkrongan aja gitu.

Film horror Indonesia tuh minimal kayak gini gk sih? Tanpa jumpscare yang lebay, berhasil bikin takut dan merasa diterror sepanjang film. Atmosfernya bener-bener berhasil dibuat ngeri. Ceritanya berhasil bikin penonton bisa merasa simpati dengan apa yang terjadi pada karakternya. Elemen mistis, religi, dan budaya-nya jg dikemas dengan baik.

Tapi cukup disayangkan, akting pemeran utama (yang jadi Maya) kadang terasa masih kaku, terutama di adegan yang butuh mengekspresikan emosi. Akting pemeran pendukungnya justru lebih baik. Scoring filmnya berhasil bikin suasana film jd lebih menakutkan, tp di beberapa scene volumenya terlalu lebay, aku pribadi sampai tutup kuping saking gk kuatnya.

Film Fantasy Musical yang mengangkat isu rasisme dengan visual dan musikal yang ciamik. Performa pemeran-pemerannya pun tak perlu diragukan lg, Cynthia Erivo sebagai Elphaba berhasil bikin penonton ikut simpati dan memahami pola pikirnya. Ariana Grande sebagai G(a)linda jg berhasil dengan gaya centilnya bikin gemas.

Sayangnya ada beberapa part yang seharusnya perlu dikulik lebih dalam, justru cmn dibahas sekelebat, sedangkan yang seharusnya bisa dibuat lebih padat malah panjangnya bkn main.

Terlepas dari kekurangannya, film semewah ini wajib banget ditonton dibioskop. Apalagi ending Defying Gravity yang berhasil bikin merinding sebadan-badan, Cynthia Erivo bagus banget bawainnya wooiii T-T