Siti Raham terus mendampingi Buya Hamka yang berjuang menyatukan para ulama dan pihak militer Indonesia di Sumatera Utara. Kesabaran dan kesetiaan Siti Raham semakin teruji ketika Buya Hamka dipenjara karena dituduh melawan pemerintah. Siti Raham tidak membiarkan rasa sedih mewarnai wajahnya. Seringkali ia sembunyikan airmata untuk terus mengobarkan semangat hidup Hamka. Tidak ada manusia yang sempurna. Begitu pun Buya Hamka. Dia pun rapuh menghadapi fitnah yang bertubi datangnya. Hanya cinta yang menguatkan Hamka pada akhirnya. Cintanya pada Raham. Cintanya pada Agama.
Makin mengenal Buya Hamka, passion nulisnya jadi nular. Sedih sih ngeliat beliau diperlakukan semena-mena di penjara.
Entah kenapa judulnya kali ini include Siti Raham, apa karena marketing approach-nya mau kayak Habibie-Ainun gitu kali ya? Padahal gak ada yang spesial lho sama hubungan mereka, justru konflik politiknya lebih menarik.
Masih seperti film pertama, film kedua ini sama boring-nya.