Saya kok merasa ada hal yang belum pernah saya saksikan dalam film Indonesia di film ini, dan saya belum bisa mengartikulasikan apa persisnya itu. Agaknya, saya harus menonton lagi film ini, untuk menemukan apa benar perasaan saya itu. Yang jelas, saya sangat menikmati film ini. Orang banyak menyoal soal durasi, kelambanan (slow burn), atau betapa filmnya kebanyakan adegan ngomong. Tapi, Joko amatlah terampil, hingga adegan "ngomong2" pun bisa menyeret saya ke dalam rasa "terkutuk" dalam situasi tegang dan mencemaskan, semacam perasaan terjebak dalam sebuah teror akan tibanya hal-hal mengerikan di bagian akhir film.

Tak seperti film2 Joko sebelumnya yang dengan mulus mengalirkan aneka shot, yang utama mau pun yang cover, lewat editing lincah, di film ini terasa Joko menggunakan begitu banyak tracking shot tanpa menjadi terlalu lajak (hyperactive) gerak gerik kameranya --betul2 efektif mengajak kita masuk ke dalam gerak dan kebingungan + ketakutan para tokoh di dunia rekaan visual ini. Itulah mengapa, adegan2 ngomong di film ini masih membetot saya dalam ketegangan2 dan teror cerita. Plus, musik dirancang seperti gaya Zimmerman dalam film2 Nolan seperti The Dark Knight atau Tenet. Dan, saya menikmati dialog2 yang menampilkan argumen percaya vs. tak percaya / ada atau tak ada siksa kubur secara relatif dewasa. Ada beberapa logika dan motif tokoh yang "bolong", tapi penyajian sinematik film ini begitu intens dan Nolanesque membuat saya menunda ketakpercayaan pada cerita/film ini.

Babak ketiga menghadirkan ledakan horor yang terasa "relentless"/bertubi dengan gigih. Di sela2, ada sosok medium buta (Tante Niniek L. Karim keren dan mencuri lampu sorot di film ini) dan seance yang sebetulnya ganjil bagi sebuah film bertema religi Islam. Toh, saya mau menunda ketakpercayaan saya. Di pintu bioskop, ada tim promosi mencegat dan bertanya, a.l., "Apakah film ini bikin Anda percaya dosa?". Saya bilang, nggak ada hubungan film ini dengan soal itu. Yang percaya dosa ya akan percaya dosa, yang nggak percaya ya nggak bakal percaya juga. Yang jelas, film ini membuat saya percaya film ini.

Saya percaya, ini salah satu film terbaik Joko Anwar.