Jefri (Arya Saloka) dan Sarah (Davina Karamoy) adalah pasangan selingkuh yang kini harus mati-matian membuat alibi, ketika jenazah Sofia (Marissa Anita) sang istri sah yang mereka bunuh, hilang dari kamar mayat. Arya Pradana (Bront Palarae), penyidik dari kepolisian, mengerahkan segenap logika untuk menemukan kebenaran. Apakah jenazah itu hidup kembali dan menuntut balas pada pembunuhnya?
Saya termasuk team yg belum nonton versi originalnya, THe Body yg release di tahun 2012 lalu.
Falcon sedang senang sekali meremake film2 bagus, entah apakah mmg sedang irit budget, atau main aman dengan budget terbatas tapi akan menuai kesuksesan semisal miracle of cell no 7 (sampai dibuat sekuel nya), kang mak, hello ghost dll.
Jujur dari remake mereka, saya yg sudah versi originalnya sangat sangat kecewa.
Dari daya humornya sangat berbeda dengan versi originalnya(originalnya komedi nya sangat alami, yg versi remake dibuat-buat agar penonton tertawa), lalu untuk scene penting yg hrsnya membuat penonton mengharu biru tidak terbuilt up dengan baik, (maybe ini salah satu PR sineas kita, yg kadang terlalu terburu2)
Awalnya saya sangat ragu buat menonton versi remake nya karna yg diremake adalah Film legend (versi saya) yg sudah terlalu bagus untuk dibuat remake nya) dan versi remake yg bagus mnrt saya yg cukup berhasil hanya sweet 20 remake dari miss granny (korea) dan itupun dari starvision bukan dari falcon.
Lalu saya menonton dendam malam kelam ini dengan expetasi serendah2 nya dan karena belum menonton versi originalnya hrs nya masih cukup aman untuk saya.
Untuk di film ini menurut saya suprisingly cukup bagus dan saya suka.
Dari departemen akting dan set up nya saya acungin jempol.
Disini para pemeran nya overall bagus dan sesuai dengan porsi masing-masing.
kecuali 1 orang yg menurut saya jadi tidak balance, yaitu mas Arya Saloka.
Saya melihat mas Arya Saloka masih main aman seperti di sinetron, remember akting sinetron dan film itu sangat berbeda tingkat kesulitannya, bserta detail2 nya dari mimik muka, gesture badan, emosi karakter dll.
Disni mas Arya saloka selaku pemeran utama, yg paling lemah akting nya.
bahkan ketika beradu akting dalam scene dengan Bront Palarae kebanting sekali.
MAybe jam terbang & experience mmg berpengaruh.
Karakter Jefri sangat tidak berkembang secara emosional, bahkan di salah satu scene pengakuan dia seharusnya itu menjadi turning back dalam film yg membuat twist ending nya sangat menonjok. tpi MISS banget.
wlo twist ending nya ga MISS sekali, ckup agak membuat terkejut.
bahkan dibandingkan dengan akting para pemeran polisi bawahan Bront Palarae mereka masih lebih kuat secara karakternya. dan artikulasi nada dialognya masih lbh enak didengar dan pas pengucapannya.
Sedangkan dari karakter jefri saya memperhatikan ada 2 dialog yg tidak pas pengucapannya dan kurang enak nadanya pas diucapkan jadi agak cringe.
jika ingin membuat cringe dari awal buatlah karakter yg mmg sombong, berkuasa, sok tau tetapi menyimpan sesuatu hal yg sangat DARK. jadi penonton akan semakin bertanya-tanya ini apa dan mengapa bisa terjadi?
Davina Karamoy dibilan jadi kek pelakor lagi, but acting nya dia meningkat disni bukan sekedar jadi pelakor tapi motivasinya kuat dan jelas.
Great job.
But overall saya masih bisa menikmati film ini, di balik kekurangan film ini.
NOT BAD but masih bisa dinikmati khususnya yg blum ntn versi originalnya.