Setelah kematian mendadak kakak-kakaknya, seorang arsitek muda yang sedang berjuang tiba-tiba menjadi orang tua tunggal bagi keponakannya. Ketika kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik muncul, ia harus memilih antara kehidupan cintanya, kariernya, atau keponakannya.
Film ini tak mengkhususkan suatu adegan untuk banjir air mata. Tapi momen-momen sederhana seperti kebersamaan dan melihat orang yang disayang tersenyum saja bisa mengundang tangis.
Romansa yang ada dalam film ini pun bukan kisah dua remaja jatuh cinta pada umumnya. Tapi proses pendewasaan dan penerimaan antara satu sama lain untuk menata masa depan.