Mirah adalah wanita yang dijauhi oleh warga desanya setelah kematian misterius pria-pria yang punya hubungan dengannya. Ia tinggal di sebuah restoran Padang milik Bana, yang kemudian jatuh cinta padanya. Ketika makin banyak pria lain yang meninggal, Mirah menemukan bahwa dirinya dikutuk saudari tirinya, Puti, dengan kutukan mematikan "Bahu Laweyan" yang akan membunuh setiap pria yang dekat dengannya. Didorong dendam, Mirah berencana menghancurkan kebahagiaan Puti dengan mengincar suaminya. Meski dihalangi kutukan mematikan, Mirah dan Bana menjalin kisah cinta tragis mereka dan memilih untuk tetap bersama apa pun konsekuensinya.
Ditonton di JAFF 19
Fajar Nugros okelah di sini mau bereksperimen secara teknis, tapi apa yang ditampilkan di JAFF tuh bisa gw bilang masih mentah juga, adegan dan terornya terlalu repetitif, walau ini versi cut dari sebelumnya waktu judulnya "Ratu Sihir" yang katanya buat si judul muncul, perlu waktu 40 menit?
Hal pertama yang bikin gw kesel tuh ini filmnya jumpscare mulu, padahal punya ekspektasi kalau Nugros bakal bawa elemen mistis yang lebih kuat menimbang Inang sama bawa-bawa Didi Nini Thowok, tapi dari "Perempuan Pembawa Sial" ini dari pembuka udah serba cepat, padahal menarik tuh soal prosesi ngidak telur waktu temu manten, tapi yaaa tiba-tiba teror aneh yang ga bikin gw ngerasa simpati ke karakternya. Setelahnya juga teror yang muncul diulang-ulang dengan pertanda yang sama, bahkan gw nunggu-nunggu kapan nih ada mas-mas ngecek meteran listrik dateng lagi wkwk.
Hal kedua yang bikin gw paling kesel jelas dari judul "Perempuan Pembawa Sial" yang kesannya agak mysoginist ya... gw lebih suka judul "Ratu Sihir" walau emang judul yang sekarang lebih sesuai dengan isi filmnya. Ceritanya sendiri memistifikasi cerita "Bawang Merah, Bawang Putih" dengan detail-detail yang udah dibangun di awal, sampai akhirnya name drop si nama bebawangan itu. Meski mereka ulang cerita dongeng, naskah Nugros ini (apalagi dia cowok) agak dipertanyakan ketika kedua sosok perempuannya terlalu digambarkan sebagai karakter jahat gitu aja. Kedua karakter perempuan ini saling diadu sama cerita imaji cowok gimana kalau sauda tiri perempuan saling berantem pake bantuan ilmu sihir. Pengennya bakal remarkable bawa-bawa dongeng masa kecil tapi nggak ada pembaruan, pemahaman, dan keberpihakan ke tokoh perempuan :(
Yang ketiga, film ini punya nilai jual lebih dari Didi Nini Thowok dan seperti yang kita tahu ya tariannya tuh magis banget, tapi sayang di film ini kurang dieksplorasi buat nunjukin kemistisan dan kemagisannya sosok Nini Thowok. We need Didi Nini Thowok more!!! daripada adegan Raihaanun kesurupan nari-nari pake make-up Lathi