With only 24 hours left to live, a private investigator follows a trail of confounding clues to uncover the disappearance of his childhood friend.
Penulisan ceritanya memang seruwet dan sejelimet itu, tapi gue suka. Sepanjang film gue banyak bengongnya mencoba mengerti arah film ini. Yang gue suka dari film ini adalah gaya penulisan, bahasa yang digunakan, dan visualnya. Tidak untuk music scoringnya, gue gak begitu suka, cocok sih sebenarnya. Gaya penulisan menggunakan Bahasa Indonesia baku yang mungkin terdengar kaku di kita, tapi sebagai medium komunikasi justru ini bagus. Gue sangat bisa membayangkan kalau diterjemahkan ke bahasa asing pun ini akan mudah. Ada monolog Gaspar yang diulang-ulang, itu juga bisa jadi satu metafora.
Nilai artistik yang juga kuat di sini adalah permainan visual dan sinematografinya. Banyak simbolisme dan metafora yang ditampilkan. Mulai dari kelabang, latar waktu masa lalu yang lebih banyak siang (cerah), latar waktu masa kini yang lebih banyak malam (gelap), lalu teman masa kecil Gaspar yang menjadi kecil di dalam kotak.