image

Look Back

SU
Drama | Animation
8.0
Critic Score
8.5
Audience Score
Movie Info

Ayumi Fujino (Yuumi Kawai) adalah siswi SD yang punya bakat besar sebagai seniman manga. Manga 4 panelnya dipajang di koran sekolah dan semua orang menyukainya. Ia merasa tertantang oleh seorang gadis tertutup bernama Kiyomoto (Mizuki Yoshida), yang juga punya manga 4 panel yang dipajang di koran. Kiyomoto punya kemampuan teknis jauh di atas Fujino, tapi Fujino tak mau menyerah. Dalam perjalanan hidup mereka, keduanya berubah dari saling bersaing, menjadi rekanan, hingga berpisah, sampai suatu saat, Fujino yang sudah sukses sebagai seniman manga, mendengar berita mengejutkan tentang Kiyomoto.

Genre :Drama, Animation
Original Language : Japanese
Director :Kiyotaka Oshiyama
Producer:
Writer:Kiyotaka Oshiyama
Cast:
Yuumi Kawai, Mizuki Yoshida
Release Date:31 Jul, 2024
Runtime: 1 Hours 2 Minutes
Production Co:Studio Dorian



Where To Watch
xxl-logo


Audience Review

10
Look Back Score
Aug 16, 2024
icon
Thoriq Maulana

Film ini menggambarkan bagaimana takdir tidak bisa dihindarkan. Sepahit apapun, se-ketidaksukaan-mu dengan realita yang harus dihadapi, takdir tetap mempertemukan lewat berbagai latar. Ya, latarnya bisa bergerak dinamis maupun statis, tergantung seseorang memandangnya dalam masa suka-dukanya. Ketika latar belakang sering dianggap remeh karena hanya memenuhi "sekedar terisi", namun hal itulah yang membuat sang pemeran utama menjadi berarti sampai dengan keseluruhan cerita, bahwa saling melengkapi menjadi kunci keberhasilan karya ini. Judulnya pun bermetafora akan hal penting di masa lalu, tengok lah ke belakang, maka kau akan tahu untuk apa kau melakukannya.

Di awal dan akhir film mempunyai kesamaan fokus, yaitu memperlihatkan punggung sang pemeran utama ketika sedang menggambar, namun mempunyai makna ketika latarnya berubah seiring penerimaan getirnya realita. Dia mempunyai angan bagaimana jika hal itu tidak terjadi, tapi sang pemeran pendukung tetap menerima takdirnya dan menyerahkan semangat hidupnya kepada pemeran utama. Meskipun digambarkan mempunyai "luka" di punggungnya, bak estafet impian yang harus diteruskan sebagai tanda menghormati asa yang pernah dirajut bersama.

Memang, style/genre "anime" sering dianggap tidak punya jiwa, tapi film ini mampu menjiwai lewat mata karakter di setiap momen, menangkap dengan pasti pesan yang disampaikan dari media pergerakan animasinya. Bisa diyakini, pembuat film ini (termasuk para crew) mendedikasikan seluruh waktu dan tenaganya dengan sepenuh hati, ikhlas dalam menggarapnya tanpa tahu bahwa hasil film ini membuat saya berdecak kagum dari scene pertama muncul. Bisa dikatakan gambarnya semi-realistis, sederhana tapi bermakna ketika gambar bergerak. Art style-nya sangat cocok dengan visi sutradara dalam mengarahkan cerita, bagaimana dengan durasi sependek itu bisa membuat film sangat pas pace-nya dan tidak membutuhkan durasi lebih karena sesuai dengan genre slice of life, serasa hidup bergerak begitu cepatnya tanpa disadari.

Ini kali kedua saya menontonnya, rasa haru memilunya tetap sama di momen yang sama pula seperti ketika menonton kali pertama, pun para penontonnya tidak beranjak hingga layar menghitam penuh. Pertanda bahwa film ini menyisipkan sisi "magis" lewat audio-visualnya, seperti ketika saya menonton Spirited Away (2001) dan Princess Mononoke (1998) dari Ghibli. Memang seharusnya tidak membandingkan, tapi bisa dikatakan lewat film ini bahwa ke depan akan ada karya-karya lain yang dibuat sepenuh hati, jiwa mereka tersalurkan melalui media anime yang ditampilkan dan dipersembahkan bagi mereka yang mau menghargai jerih payah hasil kerja mereka. Salute!

9.8/10



Where To Watch
xxl-logo