During the 1965 mass killings and political upheavals to eliminate the Indonesian Communist Party, the new government banned hundreds of Indonesian scholars in the Soviet Union and China from their homeland, forcing them to exile across European countries without status. Shifting between the Netherlands, Czech Republic, Sweden, Germany, and Indonesia, this documentary follows those whose lives were uprooted decades ago as they recall the fate-changing events and strive to find the closest way to feel home. It’s a story of life built over trauma, the right to reclaim national identity, and a quest to define home through a collective of heartbreaking memories preserved by a group of cast-out intellectuals.
Untuk pertama kalinya gue menangis di bioskop. Mungkin karena gue terlalu emosional untuk urusan Indonesia dan film ini merupakan film dokumenter, membuat gue merasa kalau film ini terasa personal untuk gue. Tapi memang untuk sinematografinya sendiri, gue merasa nyaman mengikutinya sehingga dari awal hingga ke akhir film gue bisa fokus ke layar sinema. Meski memang isinya berupa POV dari setiap eksil, tetapi visualisasinya tidak hanya seperti wawancara namun kita dibawa merasakan suasana di sekitar atau gambaran kisahnya berupa 2D agar penonton lebih mudah masuk kedalam penceritaannya. Terlebih skoringnya yang juga menguatkan bagaimana perasaan yang ingin disampaikan para eksil. Setelah kalian menonton film ini, gue jamin kalian akan mendapatkan pandangan baru terhadap Indonesia itu sendiri atau juga terkait politik Indonesia seperti apa.