Seorang wanita yang tinggal di daerah pedesaan terpencil didorong hingga ke ambang kegilaan oleh pernikahan dan peran sebagai ibu.
Sedikit mengingatkan beberapa waktu lalu sempat melihat tweet mempertanyakan posisi pemelihara anjing dan kucing sebagai persepsi yang misoginis; anjing sebagai mans best friends dan kucing sebagai girls cat (or something like that I forgor).
Representasi perempuan/ibu/istri di sini digambarkan merayap membawa pisau, ingin disetubuhi; dicintai. Namun, pria/suaminya menginginkan seekor anjing dan hanya sesekali memuji anak mereka. Perempuan tersebut tak mau mengurusi si anjing dan menyuruh suaminya saja untuk "tame the dog" sebelum si istri menembak mati anjing malang.
And sure did, the man trying to tame his wife. Dia ngirim seorang ibu ke RSJ, mengadakan pesta ketika ia pulang; dengan si ibu harus memasak kuenya sendiri, juga respons orang2 terdekatnya yang menyatakan bahwa ia kini terlihat lebih sehat.
Ditonton di Jakarta World Cinema 2025