Perjalanan NIKEN (Enzy Storia) menempuh realita hubungan masa kini, yang penuh ujian dari masa lalu, keluarga, ekspektasi sosial, hingga mimpi pribadi yang belum tercapai, melalui konflik yang kocak, awkward, atau bahkan menyakitkan. Ekspektasi akan 'pernikahan yang sempurna' membuatnya semakin dilema.
Berpotensi menjadi romcom manisnya Joachim Trier, The Worst Person in the World, sayangnya departemen penting filmnya kelabakan dalam kekakuan yang memuakkan. Belum lagi membahas wajah-wajah blasteran yang dipakai.
Rasanya seperti karya sutradara debutan ketika tiap gerakan dan dialog diucapkan bak ketukan dan langsung script to screen. Terlebih ketika di awal terdapat adegan pengaturan tempat duduk meja makan antara Anggi, Niken, dan Danny dalam kolom-kolom aturan tiga; semua adegan kemudian seakan terlihat garis imajiner yang meletakkan subjek-subjeknya dalam aturan tersebut. Belum lagi ketika dialog, dengan lelahnya berpindah pada head shot aturan 180° yang menempatkan subjeknya di salah satu sisi 1/3 kanvas lebar, menjadikannya berat sebelah nan melelahkan ketika harus cepat berpindah tiap dialognya.
Departemen musik sepertinya menjadi masalah besar di Adhya Picture, setelah sebelumnya menonton Mungkin Kita Perlu Waktu dengan musik trendi yang terlalu repetitif. Di sini juga terjadi ketika musik silih berganti dengan kurang mempertimbangkan jeda dalam believe-nya menerjemahkan suasana, tetapi musiknya sangat kencang.
MUAKKKKK AKU MUAKKKKKKK GRAAAAHHHHHH 🦅🦅🦅🦅 AKKKKHHHHHH MUAAAAAKKKKKK